Viral Kisah dr Achmad Mochtar, Ilmuwan yang Rela Mati demi Selamatkan Rekannya

Viral Kisah dr Achmad Mochtar, Ilmuwan yang Rela Mati demi Selamatkan Rekannya

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Rabu, 04 Okt 2023 08:01 WIB
Viral Kisah dr Achmad Mochtar, Ilmuwan yang Rela Mati demi Selamatkan Rekannya
Makam dr Achmad Mochtar. (Foto: AN Uyung Pramudiarja)
Jakarta -

Media sosial diramaikan dengan profil dr Achmad Mochtar, dokter dan peneliti kedokteran di Indonesia paling terkemuka pada masanya. Dia juga menjadi orang Indonesia pertama yang menjadi direktur Lembaga Eijkman yang didirikan pada masa pendudukan Belanda.

Kisah hidupnya yang heroik dan tragis demi menyelamatkan rekan-rekannya juga menjadi sorotan. Kala itu dia dieksekusi oleh militer Jepang atas tuduhan pencemaran vaksin tetanus.

Biografi dr Achmad Mochtar

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menukil biografi Prof dr Achmad Mochtar yang berjudul 'Tumbal Vaksin Maut', Achmad Mochtar lahir pada tahun 1890 di Sumatera Barat. Berkat kecerdasannya, dia diterima di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA), sekolah kedokteran zaman Hindia Belanda yang kini berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

Berhasil memerangi wabah malaria di Sumatera bersama mentornya, Dr W.A.P Schüffner, ia dapat kesempatan melanjutkan pendidikan ke Universitas Amsterdam, Belanda, tahun 1927 untuk meraih gelar doktor.

ADVERTISEMENT

Dari arsip ScienceMag, dia melakukan riset disertasi terkait leptospirosis. Hasil penelitiannya pada masa itu tentang penyebab 'penyakit demam kuning' menggugurkan hipotesis Dr Hideyo Noguchi, ilmuwan Jepang yang bekerja untuk Rockefeller Foundation dan enam kali dinominasikan untuk memenangi Hadiah Nobel Kedokteran.

Setelah kembali ke Indonesia, dia melanjutkan kariernya di beberapa daerah dan aktif menghasilkan karya ilmiah yang dipublikasikan di berbagai jurnal ternama.

Next: Peristiwa Kematian dr Mochtar

Dalam buku berjudul 'War Crimes in Japan-Occupied Indonesia: A Case of Murder by Medicine' Oktober 1944, dr Achmad Mochtar dan para ilmuwan di Lembaga Eijkman ditangkap karena dituduh Jepang menyabotase vaksin yang menyebabkan ratusan romusha tewas.

Peneliti Lembaga Eijkman Jakarta yang menganalisis sampel jaringan hasil otopsi menyimpulkan bahwa vaksin yang diberikan telah tercemar toksin tetanus. Namun setelah itu para ilmuwan malah ditangkap oleh tentara Jepang Kenpeitai dengan tuduhan sabotase.

Rekan-rekannya pun mendapat siksaan yang kejam dari Tentara Jepang. Beberapa dokter tewas dalam tahanan.

Setelah berbulan-bulan siksaan, semua dokter dibebaskan kecuali dr Achmad Mochtar. Dia kemudian meninggal dunia di tangan Tentara Jepang pada 3 Juli 1945.

Fakta mengapa hanya dr Achmad Mochtar saja yang saat itu tidak dibebaskan Jepang kemudian dicari tahu oleh Profesor Dr J Kevin Baird, Kepala Eijkman-Oxford Clinical Research Unit bersama Profesor Dr Sangkot Marzuki, ilmuwan biologi molekuler yang menghidupkan kembali Lembaga Eijkman tahun 1992 dan memimpin lembaga itu hingga tahun 2014.

Baird menemukan bahwa dr Achmad Mochtar telah membuat negosiasi dengan Jepang. Dia bersedia menerima untuk disalahkan terkait tuduhan sabotase vaksin, asal, rekan-rekan ilmuwannya dibebaskan.

Butuh waktu 65 tahun, sejak kematiannya, untuk mengungkap penyebab kematian dr Achmad Mochtar itu. Proses pencarian kebenaran itu oleh 2 ilmuwan, Prof J Kevin Baird dan Prof Sangkot Marzuki diabadikan dalam buku "War Crimes in Japan-Occupied Indonesia: A Case of Murder by Medicine".

Halaman 2 dari 2
(kna/up)

Berita Terkait