No Bra Day atau Hari Tanpa Bra merupakan kampanye kesadaran kanker payudara yang diperingati setiap tanggal 13 Oktober. Melalui gerakan ini, perempuan di seluruh dunia diharapkan dapat lebih meningkatkan kesadaran akan risiko kanker payudara.
Seorang survivor kanker payudara membagikan pandangannya mengenai kampanye No Bra Day. Menurutnya, terlepas dari kontroversinya, gerakan tersebut bisa menjadi ajang menyuarakan pentingnya kesadaran kanker payudara.
"Aku sih selama itu juga bisa mengarah dan tap on ke pentingnya deteksi dini, aku rasa oke-oke saja karena kita berani bicara tentang kanker payudara," kata Samantha Barbara, penyintas kanker payudara sekaligus Chairman Love Pink Indonesia saat ditemui di Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (11/10/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menambahkan kampanye kesadaran kanker payudara dalam bentuk apapun bisa membantu lebih banyak perempuan untuk lebih sadar mengenai pentingnya memeriksa kondisi kesehatannya. Kampanye 'No Bra Day' juga menurutnya bisa menjadi wadah untuk meluruskan berbagai mitos mengenai bra yang banyak beredar di masyarakat.
"Kebanyakan kan sampai saat ini masih banyak yang takut bicara tentang payudara, padahal itu bagian dari tubuh manusia. Jadi lets talk about breast, bebaskan dan rawat," jelasnya.
"Menurut aku, paling tidak ada voice yang mengarah ke situ dan bisa mengangkat pentingnya sadari," sambungnya.
Kontroversi No Bra Day
No Bra Day awalnya bernama BRA Day yang merupakan akronim dari Breast Reconstruction Awarness. BRA Day diusung untuk mendorong penyintas kanker payudara agar mempertimbangkan melakukan operasi rekonstruksi payudara pada Oktober 2011.
No Bra Day sendiri tidak diakui secara resmi oleh organisasi penelitian kanker manapun dan bukan bagian resmi dari Bulan Kesadaran Kanker Payudara oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Meski demikian, perayaan ini secara tidak langsung bertujuan untuk mengumpulkan dana pencegahan kanker.
Meski banyak dikaitkan dengan kanker payudara dan ajang No Bra Day, spesialis kesehatan payudara Cassann Blake, MD, mengatakan bra tidak meningkatkan risiko terkena penyakit tersebut.
"Dari sudut pandang kanker payudara, mengenakan bra tidak mempengaruhi risiko kanker payudara. Saya pernah ditanya apakah bra berkawat dapat mempengaruhi risiko kanker payudara seseorang dan ternyata tidak," jelasnya dikutip dari Cleveland Clinic.
Simak Video "Video: Gaya Hidup Tak Sehat Picu Kanker Payudara pada Remaja"
[Gambas:Video 20detik]
(kna/naf)











































