Kondisi Terkini Pria Bandung yang Idap Kanker Limfoma, 6 Kali Kemo-Dinyatakan Remisi

Kondisi Terkini Pria Bandung yang Idap Kanker Limfoma, 6 Kali Kemo-Dinyatakan Remisi

Anggi Rustiana - detikHealth
Selasa, 24 Okt 2023 13:30 WIB
Kondisi Terkini Pria Bandung yang Idap Kanker Limfoma, 6 Kali Kemo-Dinyatakan Remisi
Cerita pria di Bandung mengidap kanker limfoma. (Foto: Tiktok/@hansco2)
Jakarta -

Belum lama ini viral kisah pria muda berusia 21 tahun berhasil remisi dari kanker limfoma atau kanker darah yang memicu pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati).

Pria bernama Hans Christopher ini telah berjuang melawan kanker kelenjar getah bening atau limfoma selama 5 tahun lamanya. Gejala awal yang Hans rasakan adalah sering 'beser' atau buang air kecil, badan mudah lelah hingga berat badan yang turun drastis. Kejadian bermula saat dirinya duduk di bangku SMP, tepatnya di tahun 2017.

"Pada saat kelas 2 SMP itu udah ngerasa ada yang aneh sama badan. Awalnya badan jadi cepat lelah. Yang paling mengganggunya itu jadi sering bolak balik ke toilet. Kalau yang aku sendiri itu dia (sel kanker) tumbuhnya di dekat kantung kemih, makanya menekan dan jadi cepet pengen buang air kecil. Pokoknya minimal setengah jam sekali. Udah kayak 'aduh pengen banget ke toilet' tapi pas buang air kecil itu keluarnya sedikit," cerita Hans saat diwawancarai detikcom, Minggu (22/10/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terus berat badan mulai turun secara pelan tapi drastis. SMP kelas 3 itu berat badannya udah turun jauh banget. Pas berat badan jadi kurus banget, baru kelihatan tuh ada benjolan di perut sebelah kiri," lanjutnya.

Hans memutuskan untuk datang ke dokter dan awalnya diduga Hernia. Namun, saat cek USG dan CT Scan baru terlihat ternyata ada benjolan abnormal di perut sebelah kirinya.

ADVERTISEMENT

Pengalaman Hans sekitar 5 tahun melawan kanker limfoma banyak lika-likunya. Mulai dari perjuangannya mencari rumah sakit yang selalu penuh baik lokal maupun luar negeri, sulit klaim asuransi, dan biaya pengobatan ke Singapura. Dia juga mengaku awal kemoterapi dirinya sempat kritis.

"Waktu kemoterapi pertama itu ada penolakan dari badan. Mungkin badannya kaget ya karena obat keras. Awalnya badannya itu setelah disuntik menggigil banget. Akhirnya dibawain tuh banyak selimut, tapi masih tetep dingin padahal udah pake 7 sampe 8 selimut. Nggak lama dari itu, saya ingetnya udah ketiduran aja gitu. Tapi, kalo yang mama saya ceritain, saya mulai ngomong aneh-aneh kayak 'mam, aku liat ada kakek ini nenek ini, manggil-manggil aku' dan orang itu semua udah meninggal. Di situ posisinya mama cuma sendirian jadi serem, sedih juga sih," tutur Hans.

Momen itu terjadi setelah dia dibiopsi dan masuk kemoterapi pertama yang disuntik di sumsum tulang belakangnya. Untungnya dia berhasil melewati masa kritis itu.

Lebih lanjut, Hans juga bercerita berat badannya lebih berisi saat menjalani kemoterapi sebanyak enam kali. Pada umumnya pasien mengalami penurunan berat badan karena efek samping kemoterapi yang sangat berat. Misalnya, mual, muntah-muntah sehingga kehilangan nafsu makan.

"Kebanyakan orang mikir kemoterapi itu serem kayak disiksa, cuma pada saat itu yang saya alamin enggak seperti itu. Justru kayak cuma diinfus aja sih. Tapi, memang obatnya banyak banget itu susahnya. Ada 4 atau 5 disatuin di satu selang dan masuk terus-terusan," ucap Hans.

"Semua keluarga, teman selalu bilang 'wah ini kalo kamu kemoterapi pasti susah makan, banyak muntah-muntah, kamu pasti berat badannya makin turun lagi'. Pas waktu masuk kemo emang udah kurus banget sih. Tapi, saat itu yang dipikirin 'ini gimana caranya biar cepet sembuh'. Dokternya bilang harus banyak makan kan, jadi yang saya taruh di mindset 'kalo saya banyak makan itu bisa makin cepet sembuh'. Makanya jadi makan-makan aja walaupun perut mual juga tapi hajar aja dimakan. Terus berat badannya bener-bener naik banget," jelas Hans.

Awalnya dokter menyuruh kemoterapi sebanyak delapan kali. Tapi, karena pola makannya yang bagus dan semangat sembuh yang tinggi, Hans sudah dinyatakan remisi dari kanker limfoma dengan kemo enam kali saja.




(suc/suc)

Berita Terkait