Jadi Sasaran Serangan Israel, Begini Nasib RS Terbesar di Jalur Gaza Sekarang

Jadi Sasaran Serangan Israel, Begini Nasib RS Terbesar di Jalur Gaza Sekarang

Averus Kautsar - detikHealth
Kamis, 09 Nov 2023 18:00 WIB
Jadi Sasaran Serangan Israel, Begini Nasib RS Terbesar di Jalur Gaza Sekarang
Kondisi pasien RS Al-Shifa di Jalur Gaza. (Foto: AP/Abed Khaled)
Jakarta -

Al-Shifa yang merupakan rumah sakit paling besar di Jalur Gaza kini tengah mengalami krisis. Beberapa jalan di dekat RS Al-Shifa menjadi sasaran serangan Israel. Tidak hanya menghancurkan akses, serangan tersebut juga menghancurkan properti dan infrastruktur.

Rumah sakit Al-Shifa mengalami banyak kerusakan, khususnya di departemen-departemen utama, termasuk departemen sinar X.

Tidak hanya itu, pada Senin dilaporkan bahwa pasukan Israel melakukan aksi serangan dengan menargetkan sistem panel surya yang menyediakan listrik ke departemen utamanya. Dengan hampir tidak ada bahan bakar yang tersisa, kini hanya masalah waktu rumah sakit terpaksa mematikan peralatan penting yang dibutuhkan pasien.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Al-Shifa merupakan target utama pasukan Israel yang menuding rumah sakit tersebut terletak di atas markas besar Hamas.

Salah seorang kepala bedah rumah sakit Dr Marwan Abusda menuturkan bahwa Al-Shifa biasanya menerima 210 pasien dalam kapasitas maksimal. Namun, krisis yang terjadi saat ini membuat 800 pasien menunggu untuk bisa dirawat.

ADVERTISEMENT

"Di semua tingkatan, kita menghadapi bencana kesehatan," ujar Marwan dikutip dari Aljazeera, Kamis (9/11/2023).

Doctors Without Borders (MSF) yang memberikan pasokan obat-obatan dan peralatan yang masih tersedia di Al-Shifa menuturkan bahwa dokter terpaksa harus mengoperasi pasien tanpa anestesi. Tidak hanya itu, karena kurangnya tempat tidur banyak dokter terpaksa harus melakukan operasi dengan pasien terbaring di lantai rumah sakit.

Kondisi ini membuat banyak pasien yang menjalani pembedahan berisiko tinggi mengalami infeksi.

"Kami memiliki sejenis cacing yang disebut lalat putih yang menutupi luka setelah operasi. Mereka biasanya muncul setelah satu hari," cerita Marwan.

"Kami berusaha keras untuk memberikan layanan kepada pasien yang membutuhkan dialisis ginjal, katerisasi darurat, dan inkubator. Namun, kami hanya bisa memberikan layanan seminimal mungkin," sambungnya.

Sara Al Saqqa yang juga menjadi ahli bedah di Al-Shifa menuturkan bahwa kekacauan terjadi di dalam dan rumah sakit. Banyak pasien penuh luka berjejer di koridor. Ia menuturkan bahwa banyak dokter bahkan bekerja selama 72 jam berturut-turut.

"Setiap hari kami mengatakan hari ini adalah hari yang terburu. Kemudian hari berikutnya lebih buruk," kata Sara.

Sejauh ini ada delapan rumah sakit yang telah dibom oleh pasukan Israel dalam tiga hari terakhir. 18 rumah sakit di Gaza juga tidak beroperasi semenjak 7 Oktober.

Media pemerintah di Gaza menuturkan bahwa bahwa pasukan Israel menembaki halaman RS Al-Shifa dan RS Al-Nasr di wilayah yang blokade.

"Pengeboman rumah sakit adalah kejahatan perang menurut hukum kemanusiaan internasional dan diskriminasi berdasarkan 16 perjanjian internasional dan resolusi PBB yang menyerukan perlindungan fasilitas kesehatan tersebut," ujar media pemerintah Gaza.

Halaman 2 dari 2
(avk/vyp)

Berita Terkait