Remaja Darurat Kesehatan Mental, Pakar Sarankan Ada Skrining di Sekolah

Remaja Darurat Kesehatan Mental, Pakar Sarankan Ada Skrining di Sekolah

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Selasa, 14 Nov 2023 12:00 WIB
Remaja Darurat Kesehatan Mental, Pakar Sarankan Ada Skrining di Sekolah
Ilustrasi anak mengalami gangguan kesehatan mental. (Foto: Getty Images/D-Keine)
Jakarta -

Kesehatan mental merupakan sebuah permasalahan yang cukup mengkhawatirkan. Tak hanya pada orang dewasa, anak-anak usia remaja juga rentan mengalami masalah kesehatan mental.

Tim peneliti Studi Global pada Remaja Awal atau Global Early Adolescent Study (GEAS) Prof dr Siswanto Agus Wilopo, SU, MSc, mengatakan pendidikan kesehatan mental pada remaja masih sangat rendah. Hal ini membuat kasus kesehatan mental pada remaja cukup tinggi.

"Bagaimana cara mengatasi kasus kesehatan mental, itu harus diskrining, seperti mana anak yang berisiko tinggi," beber Prof Siswanto saat ditemui di acara Rutgers Indonesia di Bogor, Senin (13/11/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena hampir 40 persen itu anak-anak remaja dengan gejala-gejala depresi. Jadi depresi sama anxiety yang paling banyak," lanjutnya.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Prof Siswanto mengatakan perlu ada kolaborasi. Misalnya, untuk skrining awal bisa dilakukan oleh guru bimbingan konseling (BK).

ADVERTISEMENT

Pada tahap ini, guru BK bisa melihat anak-anak yang memang berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan mental. Sementara untuk pencegahannya, itu harus dilakukan oleh ahlinya yaitu psikolog.

"Untuk pencegahannya itu harus ke psikolog. Oleh karena itu, perlu dirujuk ke puskesmas yang memang memiliki psikolog. Karena guru BK saja nggak bisa untuk mencegah anak-anak itu dari masalah kesehatan mental. Tapi, masalahnya puskesmas itu sudah punya psikolog atau belum," jelas Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.

Sebagai contoh, Prof Siswanto mengungkapkan cara itu yang sudah dilakukan di Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta. Ia mengatakan wilayah tersebut sudah memulai skrining kesehatan mental di lingkungan sekolah.

Jika ditemukan anak yang dianggap berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan mental, akan diarahkan untuk melakukan konsultasi ke puskesmas oleh guru BK. Di Yogyakarta sendiri, lanjut Prof Siswanto, semua puskesmas sudah mempunyai psikolog.

"DIY itu punya psikolog, nah model itu yang kita dorong. Di puskesmas harus ada psikolog, karena guru BK saja nggak bisa untuk mencegah (masalah kesehatan mental)," pungkasnya.




(sao/up)

Berita Terkait