Nasi Merah Lebih Cocok buat Diet? Biar Nggak Salah Paham, Begini Kata Dokter

Nasi Merah Lebih Cocok buat Diet? Biar Nggak Salah Paham, Begini Kata Dokter

Vidya Pinandhita - detikHealth
Jumat, 17 Nov 2023 08:00 WIB
Nasi Merah Lebih Cocok buat Diet? Biar Nggak Salah Paham, Begini Kata Dokter
Ilustrasi nasi merah. Foto: Getty Images/iStockphoto/NNK
Jakarta -

Beberapa orang yang ingin turun berat badan sengaja menghindari asupan nasi putih. Sebab kerap beredar narasi, nasi putih rentan bikin gendut. Sebagai alternatif, mereka memilih asupan nasi merah. Menurut dokter, betulkah makan nasi merah lebih nggak bikin gendut dibandingkan nasi putih?

Dokter spesialis penyakit dalam, dr Ketut Suastika, SpPD-KEMD menjelaskan, nasi merah memang memiliki kandungan serat lebih tinggi, sehingga dicerna dalam tubuh pun lebih lambat. Hal ini tidak berhubungan langsung dengan jumlah kalori yang masuk ke tubuh dalam besaran porsi nasi merah dan putih yang sama, melainkan berkaitan dengan cepat-lambatnya nasi dicerna dalam tubuh.

"Apakah dia lebih mudah dicerna atau lebih lambat karena banyak mengandung serat. Contoh sederhananya misalnya, nasi putih dengan beras merah," ungkapnya dalam konferensi pers virtual beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi beras merah itu lebih banyak mengandung seat kemudian indeks glikemiknya lebih rendah. Artinya, kalau dikonsumsi dalam jumlah yang sama nasi putih lebih cepat meningkatkan gula dibandingkan nasi merah," imbuh Prof Ketut.

Meluruskan banyaknya narasi yang menyebut bahwa nasi merah 'lebih aman' dibandingkan nasi putih, Prof Ketut meluruskan, nasi merah pun sebenarnya tak boleh dimakan dalam jumlah berlebih. Sebab sama seperti nasi putih, asupan nasi merah yang berlebihan pun akan menimbulkan input kalori yang besar pada tubuh. Jika berlebih, risikonya tak lain kelebihan berat badan, yang juga bisa memicu risiko penyakit diabetes.

ADVERTISEMENT

"Saya tekankan bahwa kita ini kalau mengkonsumsi karbohidrat terutama bukan masalah indeks glikemik saja, tetapi adalah total jumlah kalori yang dimakan," tutur Prof Ketut.

"Jadi jangan berasumsi beras merah bagus jadi boleh makan sebanyak-banyaknya. Itu yang nggak boleh. Semuanya ada takarannya. Takaran karbohidrat misalnya, 50 persen dari seluruh kalori yang dikonsumsi. Jadi 50 persen lainnya berasal dari lemak dan protein," pungkasnya.




(vyp/vyp)

Berita Terkait