Kementerian Kesehatan RI baru-baru ini menerapkan inovasi teknologi nyamuk wolbachia untuk menurunkan penyebaran demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia. Adapun nyamuk wolbachia yang belakangan disebut merupakan nyamuk aedes aegypti yang diinfeksi dengan bakteri wolbachia.
Wolbachia sendiri adalah bakteri yang hanya dapat hidup di dalam tubuh serangga, termasuk nyamuk. Bakteri ini tidak dapat bertahan hidup di luar sel tubuh serangga dan tidak bisa mereplikasi diri tanpa bantuan serangga inangnya.
Selain di Indonesia, pemanfaatan teknologi wolbachia juga telah dilaksanakan di 12 negara lainnya, bahkan kota dari berbagai negara tersebut untuk pencegahan dbd atau dengue.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun keberhasilan teknologi ini memberikan dampak yang berbeda-beda terhadap negara maupun kota yang menerapkannya. Sebab, setting wilayah disebut dapat memengaruhi dampak keberhasilan dari teknologi tersebut.
"Misalnya di Caims dan Townsville itu sangat tinggi karena memang kasus dengue itu sangat kecil. Ini adalah kota di Australia di mana musim dengue itu umumnya dimulai ketika tourist dari Australia pulang dari Bali dan membawa virus denguenya. Jadi karena sedikit, dampaknya bisa terlihat sangat tinggi," ucap Dr Riris Andono Ahmad, BMedSc, MPH, PhD Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi, Fakultas Kedokteran, kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada ,pada media briefing, Senin (20/11/2023).
"Di wilayah-wilayah endemi tinggi, dampaknya tidak setampak atau signifikan ketika kasusnya hanya sedikit," imbuhnya lagi.
Lebih lanjut, Dr Riris juga membeberkan efek keberhasilan di negara Niteroi, Brasil. Menurutnya, teknologi wolbachia ini tak hanya menekan penurunan kasus DBD di kota tersebut, tetapi juga menurunkan penyakit zika hingga chikungunya yang virusnya juga dibawa oleh nyamuk aedes aegypti.
"Di Niteroi sendiri ini 64 persen, tetapi ada yang menarik di kota tersebut, di mana wolbachia itu juga bisa mencegah atau menurunkan kasus zika dan chikungunya yang masing-masing 56 persen dan 37 persen," imbuhnya.
"Sebenarnya wolbachia ini karena nyamuk aedes aegypti bisa menularkan penyakit-penyakit seperti zika, chikungunya, dengue, dan yellow fever, wolbachia itu bisa berdampak tidak hanya satu penyakit tetapi terhadap penyakit-penyakit tersebut," katanya
"Ini sudah dipublikasikan dalam jurnal yang ber-impact factor tinggi," ucapnya lagi.
(suc/up)











































