7 Faktor Penyebab Serangan Jantung yang Harus Diwaspadai Sejak Dini

7 Faktor Penyebab Serangan Jantung yang Harus Diwaspadai Sejak Dini

Atta Kharisma - detikHealth
Jumat, 08 Des 2023 17:02 WIB
7 Faktor Penyebab Serangan Jantung yang Harus Diwaspadai Sejak Dini
Ilustrasi serangan jantung. (Foto: Freepik)
Jakarta -

Serangan jantung adalah salah satu kondisi yang amat serius dan mengancam nyawa. Serangan jantung terjadi ketika aliran darah menuju otot jantung mendadak mengalami hambatan.

Tak jarang, serangan jantung bisa berujung pada kematian. Bahkan, mereka yang selamat dari serangan jantung memiliki risiko tinggi mengalami komplikasi seperti aritmia, henti jantung, hingga gagal jantung.

Serangan jantung bisa terjadi secara mendadak dan tanpa disadari. Karena itu, penting untuk mengetahui berbagai faktor penyebab serangan jantung guna melakukan pencegahan agar terhindar dari risiko kondisi berbahaya tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Faktor Penyebab Serangan Jantung

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, serangan jantung disebabkan oleh terhambatnya aliran darah menuju otot jantung. Ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya hal ini, di antaranya:

1. Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyebab utama serangan jantung. Kondisi ini terjadi akibat adanya penyumbatan pada pembuluh darah yang mengalirkan darah ke jantung.

ADVERTISEMENT

Penyumbatan tersebut biasanya disebabkan oleh lemak, seperti kolesterol, yang menumpuk dan membentuk plak. Plak dapat menempel di dinding pembuluh darah, dan lama kelamaan bisa menyumbat aliran darah pada pembuluh tersebut.

2. Hipoksemia

Hipoksemia adalah kondisi yang disebabkan oleh rendahnya kadar oksigen dalam darah. Hipoksemia bisa terjadi ketika paru-paru tidak mampu memproduksi oksigen dalam jumlah yang cukup, atau ketika oksigen tidak bisa masuk ke dalam darah.

Akibatnya, jantung bisa mengalami kekurangan oksigen. Dalam jangka panjang, hal ini dapat memicu kerusakan pada otot jantung dan menyebabkan serangan jantung.

3. Coronary Artery Spasm (CAS)

Coronary artery spasm (CAS) adalah kondisi yang juga bisa menjadi penyebab serangan jantung. CAS disebabkan oleh penyempitan pada pembuluh darah arteri.

Ketika pembuluh darah arteri menyempit, maka hal ini dapat mengganggu aliran darah yang menuju jantung. Penyempitan pembuluh darah akibat CAS umumnya bersifat sementara, tapi jika tidak segera ditangani dapat memicu nyeri pada dada hingga serangan jantung.

4. Kawasaki Disease

Kawasaki disease atau penyakit kawasaki adalah peradangan yang terjadi pada pembuluh darah. Penyakit ini umumnya menyerang anak-anak berusia lima tahun ke bawah.

Karena peradangan terjadi pada pembuluh darah, penyakit kawasaki dapat memicu komplikasi yang membahayakan kesehatan jantung. Jika tidak segera ditangani, penyakit kawasaki bisa menyebabkan peradangan pada otot jantung, aritmia, hingga serangan jantung.

5. Berolahraga Terlalu Berat

Selain penyakit tertentu, penyebab serangan jantung juga bisa berasal dari aktivitas sehari-hari. Misalnya, berolahraga terlalu berat atau intens.

Sebuah studi menemukan kalau olahraga yang terlalu berat dan mendadak dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest) pada orang yang memiliki risiko penyakit jantung. Selain itu, aktivitas olahraga yang melebihi kapasitas tubuh juga dapat menyebabkan gangguan irama denyut jantung.

6. Penyalahgunaan NAPZA

Penggunaan NAPZA, seperti kokain atau ganja, yang tidak sesuai dengan resep dokter dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Pasalnya, penyalahgunaan NAPZA bisa menimbulkan efek samping pada pembuluh darah sehingga memengaruhi aliran darah ke jantung.

7. Sering Mengonsumsi Obat Pereda Nyeri

Selain NAPZA, mengonsumsi obat pereda nyeri (painkiller) secara berlebihan juga bisa meningkatkan risiko serangan jantung. Obat pereda nyeri, seperti ibuprofen dan aspirin, dapat memberikan sejumlah efek samping.

Misalnya, meningkatkan tekanan darah atau memicu terjadinya penggumpalan darah di pembuluh arteri. Kedua hal tersebut merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Karenanya, mengonsumsi obat pereda nyeri harus sesuai anjuran dari dokter, terutama bagi orang-orang yang memiliki risiko penyakit jantung.




(ath/kna)

Berita Terkait