Seorang wanita di Inggris, Jody Foster (44), tidur malam hari dan bangun enam minggu kemudian. Rupanya gegara penyakit diabetes, ia mengalami koma selama berminggu-minggu. Apa yang terjadi?
Selama berbulan-bulan sebelumnya, Jody sempat berkali-kali mengeluh tidak enak badan dan memeriksakan diri ke toker. Layaknya pasien diabetes pada umumnya, Jody mengalami penurunan berat badan, sering merasa lemas dan lelah, dan penglihatannya terkadang kabur.
Namun alih-alih mendapat diagnosis yang tepat, dokter justru menduga Jody menderita gangguan makan (eating disorder). Padahal saat itu, Jody makan dengan normal dan tidak ada upaya menurunkan berat badan. Jody juga didiagnosis menderita gangguan kecemasan dan diberi obat, namun dia tidak meminumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika mengaku pada dokter bahwa dirinya sering haus, dokter justru menyebut bahwa kondisi tersebut adalah efek samping dari obat anti-kecemasan.
"Hal ini berlangsung selama beberapa waktu. Terkadang ucapanku tidak jelas dan aku lupa segalanya. Itu sampai pada titik di mana aku berpikir, apakah aku jadi gila?" ungkap wanita yang adalah lulusan psikologi di Universitas Leeds tersebut, dikutip dari Mirror News UK, Selasa (12/12/2023).
Tak satu pun dokter yang ditemuinya mengarahkan Jody untuk tes urine untuk mengetahui ada-tidaknya penyakit diabetes. Kondisinya pun semakin memburuk, hingga Jody memutuskan untuk kembali tinggal bersama orangtuanya. Namun alih-alih kondisinya membaik, ia malah jatuh koma saat sedang tertidur hingga harus menjalani perawatan intensif selama enam minggu.
"Saya berpikir, 'Saya bisa mengatasinya'. Setidaknya mereka tahu saya tidak menderita kelainan makan dan saya tidak menjadi gila," tutur Jody.
Banyak orang menyadari, komplikasi akibat penyakit gula tak bisa disepelekan. Pasalnya, gula darah tinggi menyebabkan kerusakan saraf dan pembuluh darah yang dapat menyebabkan kebutaan, penyakit kardiovaskular dan ginjal, kerusakan saraf dan risiko amputasi. Namun bagi Jody yang sebenarnya tak boleh dilupakan adalah efek penyakit pada sisi psikologis.
"Orang berkata, 'Anda mengendalikan diabetes, namun diabetes tidak seharusnya mengendalikan Anda'. Tapi itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Namun sekarang, sekitar setahun terakhir ini, saya lebih memegang kendali karena sistem yang saya gunakan," pungkasnya.
(vyp/kna)











































