Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyetujui sebuah resolusi kemanusiaan untuk Gaza, ini adalah resolusi pertama yang dikeluarkan badan PBB manapun demi mendesak akses bantuan di Gaza dan berakhirnya serangan Israel.
Dewan Eksekutif WHO pada Minggu (10/11/2023) juga menyerukan semua pihak untuk memenuhi kewajiban mereka berdasarkan hukum internasional, menegaskan kembali semua pihak yang terlibat konflik bersenjata harus sepenuhnya mematuhi kewajiban berdasarkan hukum humaniter internasional terkait dengan perlindungan warga sipil dalam konflik bersenjata dan personel medis.
"Pengesahan resolusi ini menggarisbawahi pentingnya kesehatan sebagai prioritas universal, dalam segala keadaan, dan peran layanan kesehatan dan kemanusiaan dalam membangun jembatan menuju perdamaian, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun," kata WHO dalam sebuah pernyataan setelah pengesahan resolusi tersebut dalam sebuah pertemuan, dikutip dari Al Jazeera Selasa (12/12/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) telah berjuang untuk menanggapi krisis yang semakin mendalam di Gaza, dengan serangan tanpa henti, menewaskan sedikitnya 18.000 orang.
PBB mengatakan sekitar 80 persen penduduk Gaza telah mengungsi dan menghadapi kekurangan makanan, krisis air, pasokan obat-obatan serta meningkatnya ancaman penyakit.
Pada Jumat, resolusi gencatan senjata kemanusiaan yang diajukan Uni Emirat Arab dan disponsori bersama oleh 100 negara lainnya gagal disahkan di DK PBB setelah Amerika Serikat memveto proposal tersebut. AS adalah salah satu dari lima anggota tetap DK PBB yang mempunyai hak veto.
Pemungutan suara tersebut dilakukan setelah Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada hari Rabu menggunakan pasal 99 untuk secara resmi memperingatkan dewan beranggotakan 15 orang tentang ancaman global dari perang yang telah berlangsung selama dua bulan.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan resolusi badan kesehatan PBB tersebut dapat menjadi titik awal untuk tindakan lebih lanjut.
"Itu tidak menyelesaikan krisis. Namun ini adalah platform yang harus dibangun," katanya dalam pidato penutupnya di hadapan dewan.
"Tanpa gencatan senjata, tidak ada perdamaian. Dan tanpa perdamaian, tidak ada kesehatan. Saya mendesak semua negara anggota, terutama negara-negara yang memiliki pengaruh paling besar, untuk bekerja secepat mungkin guna mengakhiri konflik ini."
Pertempuran kembali terjadi bulan ini setelah gencatan senjata selama seminggu berakhir, Israel kini meningkatkan aksi militernya di wilayah selatan yang berpenduduk lebih dari 2 juta orang.
(naf/up)











































