Krisis kesehatan dan manusia kini masih terus melanda Jalur Gaza. Palestina. Banyak rumah sakit di Gaza menjadi sasaran pasukan Israel sehingga banyak pasien terpaksa harus dievakuasi. Salah satu yang terkena dampak dari kejadian tersebut adalah bayi prematur yang dirawat.
Noor Reyhan (20) seorang warga Gaza menceritakan bagaimana pengalamannya baru bisa bertemu untuk pertama kali dengan bayi yang dilahirkan setelah dua bulan. Noor melahirkan delapan bulan setelah mengandung putranya, Ayman pada 6 Oktober di RS Al-Shifa Gaza.
"Karena ia prematur, saya tidak sempat menemuinya. Dokter segera membawanya untuk dimasukkan inkubator. Aku hanya punya fotonya," cerita Noor dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (16/12/2023).
Keesokan harinya kekacauan terjadi. Pasukan Israel melakukan pengeboman di Gaza utara beberapa jam setelah Hamas melakukan serangan ke pos-pos militer Israel.
Mendengar bahwa daerah mereka akan menjadi sasaran, Noor bersama suaminya Huthaifa Marouf (24) memilih untuk pergi meninggalkan rumah dan berlindung di sebuah kamp pengungsi Nuseirat.
"Rumah kami hancur pada minggu pertama setelah Israel menargetkan rumah kami. Semuanya sudah hilang semuanya," ucap Noor.
Noor awalnya berencana membawa bayi mereka, namun ia dan suami diberitahu bahwa hal tersebut membahayakan bayi putra mereka. Selain itu, keluarga dan dokter mengatakan saat itu bahwa dalam aturan perang rumah sakit menjadi tempat paling aman.
Namun pada minggu kedua bulan November RS Al-Shifa justru menjadi sasaran pasukan Israel. Mereka meneror ribuan keluarga yang mengungsi dan mencari perlindungan di sana.
Noor mengalami lonjakan psikologis dan emosional ketika akhirnya harus meninggalkan Gaza utara. Mereka sudah kehilangan rumah dan bahkan tidak tahu apakah Ayman masih hidup atau tidak.
(avk/kna)