Curhat Warga Korsel Alasan Ogah Punya Anak, Bukan Cuma soal Duit

Curhat Warga Korsel Alasan Ogah Punya Anak, Bukan Cuma soal Duit

Vidya Pinandhita - detikHealth
Selasa, 19 Des 2023 15:32 WIB
Curhat Warga Korsel Alasan Ogah Punya Anak, Bukan Cuma soal Duit
Ilustrasi. Foto: Simon Shin/SOPA Images/LightRocket via Getty Images
Jakarta -

Korea Selatan dilanda penurunan angka kelahiran saking banyaknya warga memilih untuk tidak memiliki anak. Sebenarnya, apa sih alasan di balik keogahan warga di sana untuk membesarkan anak? Ternyata bukan cuma masalah tak punya cukup uang, ada hal-hal lain yang berhasil terungkap oleh pemerintah Korsel.

Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan mengundang enam pasangan muda yang berencana untuk tidak memiliki anak, dalam pertemuan di Seocho-gu, Seoul Selatan. Di sana, para pasangan mengakui bahwa alasan utama mereka untuk tidak memiliki anak adalah persaingan ketat di dunia pendidikan dan masalah keuangan.

"(Orang tua) terus-menerus membandingkan anak-anak dari pesta ulang tahun pertama mereka, bahkan anak mana yang mulai berjalan. Saya rasa saya tidak bisa mengikuti kompetisi yang tiada habisnya ini," kata salah satu peserta dikutip dari The Straits Times, Selasa (19/12/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lewat pertemuan tersebut, Kementerian berupaya mencari ide-ide kebijakan dengan harapan, ke depannya bisa mengatasi masalah anjloknya angka kelahiran di Korea Selatan.

Beberapa peserta juga buka-bukaan perihal sulitnya masuk perguruan tinggi yang dimulai sejak usia amat muda. Menurut mereka, di mata para orang tua, segala sesuatu menjadi bahan untuk dibanding-bandingkan dengan keluarga lain.

ADVERTISEMENT

Salah satu peserta di pertemuan tersebut menyebut, dirinya pernah menemukan pasutri yang secara membeli mobil mahal dengan harga melebihi batas kemampuan finansial mereka. Dengan tujuan, anak-anak mereka tidak 'kehilangan muka' di lingkungan pergaulannya.

"Ada sebagian orang yang menyebut siswa dengan kehadiran sempurna sebagai 'kemiskinan sempurna', artinya mereka tidak bolos sekolah satu hari pun karena keluarganya tidak punya uang untuk jalan-jalan," kata peserta lainnya.

"Harus ada sesuatu yang dilakukan mengenai budaya perbandingan di kalangan anak-anak," tuturnya lebih lanjut.

Beberapa peserta juga mengakui, bahwa mereka kekurangan waktu dan uang untuk bisa menjadi orang tua yang baik.

"Kami masing-masing mempunyai pekerjaan masing-masing, dan kami hampir tidak punya waktu untuk tidur di rumah dan kebanyakan makan di luar. Saya rasa saya tidak akan bisa merawat anak itu dengan baik, dan saya khawatir dia akan membenci saya," ungkap salah satu peserta.

Wakil Menteri Pertama Kementerian Kesejahteraan yang menjadi tuan rumah acara tersebut, Lee Ki-il, tak menutup mata atas beragam kesulitan yang dihadapi pasangan muda di Korea Selatan dalam membersarkan anak. Ia berjanji, pihaknya bakal mengambil kebijakan untuk meningkatkan angka kelahiran di negaranya.

Mengacu pada data dari Statistik Korea, tingkat kesuburan di negara tersebut menurun ke rekor terendah sebesar 0,78 pada 2022. Kemudian menurut laporan Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan pada Agustus, Korea Selatan telah mencatat penurunan populasi selama tiga tahun berturut-turut pada tahun 2022, meningkat dari 51,6 juta pada tahun 2021 menjadi 51,4 juta.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "K-Talk: Usaha Korsel Merangkak Keluar dari Kelahiran Terendah Dunia"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/suc)

Berita Terkait