Memasuki bulan Desember, media sosial kerap diramaikan dengan tantangan Destroy Dick December atau DDD Challenge. DDD sendiri merupakan kebalikan dari NNN atau No Nut November. Artinya, pria-pria ditantang untuk melakukan masturbasi berdasarkan tanggal di bulan Desember.
Misalnya, seperti di tanggal 2 Desember, pria harus melakukan masturbasi sebanyak dua kali dan seterusnya. Lantas, apakah keseringan masturbasi bisa berdampak pada kesehatan, termasuk berisiko terkena kanker prostat?
Masturbasi atau onani merupakan aktivitas seksual yang dilakukan sendiri untuk mencapai kepuasan seksual. Keseringan masturbasi kerap kali dikaitkan dengan sejumlah dampak, salah satunya menyebabkan kanker prostat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Spesialis urologi dr Hilman Hadiansyah mengatakan, sebenarnya keseringan masturbasi tidak berkaitan dengan risiko terkena kanker prostat. Mengacu pada penelitian yang dilakukan beberapa negara, dr Hilman menyebut berhubungan seks dan melakukan ejakulasi, misalnya tiga kali seminggu, memiliki peluang untuk terkena kanker prostat lebih rendah.
"Tapi sebetulnya tidak memicu kanker prostat, beberapa penelitian di luar negeri tapi tidak di semua negara tapi beberapa negara, sering mengaitkan ejakulasi dengan pencegahan kanker prostat. Itu penelitiannya sesuai atau bermakna," imbuhnya saat ditemui di Jakarta GBK, Selasa (19/12/2023).
Akan tetapi, topik terkait masturbasi ini sangat sensitif di kalangan masyarakat Indonesia. Menurut dr Hilman, hal ini dikaitkan dengan religius dan agama, sehingga masih tabu untuk dibahas.
"Tapi memang ini informasinya yang sensitif ya, kalau informasi ini disalahartikan bisa kurang bagus," imbuhnya.
"Yang pasti memang bukan keseringan malah kanker prostat, tapi kalau cukup 3 kali seminggu dikatakan mengurangi risiko kanker prostat. Sudah banyak penelitiannya," sambungnya lagi.
Meski begitu, bukan berarti keseringan masturbasi itu tidak memiliki dampak masalah kesehatan lainnya. Menurut laman Medical News Today, masturbasi yang dilakukan terlalu sering, terlebih dengan cengkraman yang terlalu erat, bisa memicu penurunan sensitivitas di area penis.
Begitu juga pada beberapa kasus, seorang pria yang kecanduan sehingga masturbasi dilakukan secara amat sering, dapat memicu gangguan pada psikisnya. Misalnya berupa:
- Terganggunya pekerjaan, sekolah, atau acara sosial penting
- Mempengaruhi tanggung jawab dan hubungan sosial
- Masturbasi dijadikan sebagai pelarian dari masalah hubungan atau distraksi dari kehidupan nyata.
Pakar seks dr Boyke Dian Nugraha beberapa waktu lalu juga memperingatkan bahwa risikonya tak main main jika nekat melakukan DDD Challenge atau keseringan masturbasi. Menurutnya, ada kemungkinan gangguan atau kerusakan fungsi otak tengah yang akhirnya berdampak pada aktivitas dan keseharian.
"Jangan dijadwal-jadwalkan tanggal 12, 12 kali tanggal 18, 18 kali, nggak bisa seperti itu, karena kalau orang terlalu sering melakukan masturbasi itu kan pasti ada efeknya," terang dr Boyke saat dihubungi detikcom Kamis (1/12/2022).
"Efeknya apa? Iya kerusakan otak tengah, kerusakan otak yang menghubungkan otak kiri antara rasional dengan otak kanan, kalau seseorang akhirnya apalagi menggunakan pikir-pikir porno untuk melakukan masturbasi melakukan fantasi misalnya, nah dia kana mengalami gangguan-gangguan tadi," sambungnya.
Pelaku challenge disebutnya bakal sulit berkontribusi atau belajar. Masturbasi menurut dr Boyke sewajarnya hanya dilakukan satu hingga dua kali dalam sepekan.
(suc/naf)











































