Peningkatan kasus COVID-19 menjelang libur Nataru secara cukup signifikan telah terjadi di Indonesia. Tidak hanya di tanah air, kejadian ini juga menimpa beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Varian JN.1 disebut-sebut menjadi salah satu 'biang kerok' meningkatnya kasus COVID-19 di beberapa negara termasuk Indonesia. Pakar epidemiologi Universitas Griffith Dicky Budiman mengatakan puncak lonjakan COVID-19 akan terjadi pada Januari setelah libur panjang.
Walaupun terjadi lonjakan kasus, Dicky mengatakan bahwa situasi masih cenderung aman terlebih gelombang yang muncul tidak akan sebesar ketika masa pandemi.
"Prediksinya adalah kita akan mengalami puncak di minggu pertama Januari dengan kasus yang meningkat setidaknya bila tidak bergeser. Walaupun lebih banyak tapi ini adalah gelombang kecil sebetulnya," ucap Dicky pada detikcom, Kamis (21/12/2023).
Dicky menuturkan mayoritas pasien infeksi dan reinfeksi COVID-19 mayoritas tidak bergejala atau hanya memiliki gejala ringan. Namun, pasien rentan seperti lansia dan orang dengan komorbid harus mendapatkan perhatian yang lebih.
"Dalam setiap gelombang baik itu besar dan kecil sekalipun, pasti ada proporsi kematian yang akan timbul. Akan ada proporsi keparahan atau yang memerlukan perawatan ICU," jelas Dicky.
"Ini yang juga akan dihadapi oleh kota-kota besar misalnya seperti Jakarta yang tentunya memiliki populasi lansia dan orang dengan komorbid cenderung lebih banyak," tambahnya.
Dicky mengatakan bahwa fasilitas kesehatan harus siap dengan beban yang akan muncul ketika gelombang itu datang. Tidak hanya COVID-19, beban penyakit pernapasan lain juga akan mengalami peningkatan.
Hal ini terjadi akibat semakin banyaknya orang yang terinfeksi COVID-19 secara berulang pasca pandemi.
"Tapi yang harus diantisipasi adalah dengan kondisi pasca pandemi, banyak yang sudah terinfeksi COVID juga mengalami gangguan imunitas sehingga cenderung terinfeksi penyakit saluran napas lain atau gangguan kesehatan lain yang bisa berbarengan terjadi. Ini yang bisa menjadi beban tambahan untuk layanan kesehatan kalau tidak siap," pungkasnya.
Simak Video "Video Pakar: Flu Burung Picu Pandemi yang Lebih Parah Dibanding Covid-19"
(avk/kna)