Dunia dihebohkan dengan temuan sejumlah cacing parasit yang hidup di dalam tubuh manusia. Kasus ini dialami pasien kanker usus besar atau adenokarsinoma sigmoid lokal berusia 70 tahun.
Kasus yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine ini bermula saat pasien yang tidak disebutkan identitasnya itu menjalani CT scan. Ini dilakukan untuk melihat perkembangan kanker yang diidapnya.
Hasil pemeriksaan menunjukkan pasien mengalami koledokolitiasis atau batu dalam saluran empedu dan dilatasi saluran empedu. Sementara kanker yang diidapnya belum bermetastasis terlalu jauh di tubuhnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai tindak lanjutnya, pasien menjalani prosedur reseksi tumor laparoskopi, kolesistektomi atau pengangkatan kantong empedu, dan cholangioscopy. Itu merupakan metode endoskopi noninvasif untuk evaluasi diagnostik visual langsung dan intervensi terapeutik simultan pada saluran empedu.
Temuan Cacing Parasit
Namun, saat melakukan pemeriksaan cholangioscopy, dokter menemukan temuan yang mengejutkan. Ia melihat ada lima cacing pipih berukuran besar yang hidup di saluran empedunya.
Diketahui, jenis cacing yang ditemukan adalah clonorchis sinensis. Itu merupakan jenis cacing pipih dan berbentuk seperti daun yang biasanya ditemukan di wilayah Asia Timur.
"Infeksi terjadi akibat makan ikan atau udang air tawar mentah, atau setengah matang," tulis keterangan dalam jurnal tersebut, dikutip Selasa (2/1/2024).
"Setelah larva tertelan, mereka (cacing) muncul dari kista di duodenum, naik ke saluran empedu, dan berkembang menjadi cacing dewasa di saluran empedu, kandung empedu, atau hati," sambungnya.
Tak Ada Gejala yang Signifikan
Orang yang mengalami infeksi tersebut umumnya tidak mengalami gejala yang signifikan. Tetapi, jika tidak diobati, kondisi itu akan memicu komplikasi serius, seperti peradangan hati, batu empedu, hingga kanker.
Biasanya, untuk mendeteksi keberadaan telur parasit ini melalui sampel tinja. Tetapi, hasil tes tinja dari pasien tersebut negatif.
Setelah cacing parasit dikeluarkan, pasien diberikan obat cacing atau praziquantel. Ia juga menjalani kemoterapi tambahan untuk pengobatan kanker yang diidapnya.











































