Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menyoroti kemunculan kasus polio yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Sebelumnya dilaporkan bahwa Kemenkes menemukan tiga kasus lumpuh layuh akut yang disebabkan oleh virus polio tipe 2 di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Temuan kasus tersebut ditemukan dalam periode Desember 2023 hingga 4 Januari 2024. Kemenkes mengimbau masyarakat untuk berhati-hati karena virus polio dapat ditularkan melalui lingkungan tercemar tinja yang mengandung virus.
"Polio itu ditularkan melalui lingkungan yang tercemar terutama kalau dia yang belum menggunakan air yang bersih, masih menggunakan air sungai atau air yang ada belakang rumah," ucap Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI dr Maxi Rein Rondonuwu dalam konferensi pers, Jumat (12/1/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, kondisi ini dapat diperparah pada lingkungan yang warganya masih memiliki kebiasaan buang air besar sembarangan. Virus polio yang ada di tinja dapat menginfeksi anak-anak, khususnya pada mereka yang belum mendapatkan vaksin polio lengkap.
"Sekalipun sudah ada toilet, ternyata pembuangannya ke sungai. Apalagi kalau yang melakukan itu BAB sembarangan saya kira di Indonesia masih cukup banyak. Dan virus itu bisa bertahan selama beberapa waktu di air dan tanah," tambahnya.
dr Maxi menuturkan bahwa infeksi virus polio yang berkembang di sistem pencernaan ini dapat menyebabkan kelumpuhan secara permanen. Namun, ia mengingatkan bahwa kejadian ini dapat dicegah dengan vaksinasi polio secara lengkap.
"Virus polio ini merupakan penyakit menular yang dapat mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang secara permanen terutama anak-anak, terutama yang belum mendapatkan imunisasi polio lengkap. Jadi kalau untuk lengkapnya itu 4 kali di oral (OPV), dan 2 kali suntikan (IPV)," jelas Maxi.
Maxi juga mengungkap kondisi terkini dari tiga pasien lumpuh layu yang sebelumnya ditemukan. Ia mengatakan bahwa ketiga pasien sudah berada di rumah dalam kondisi baik. Namun, ketiga pasien mengalami cacat permanen imbas virus tersebut dan tidak bisa sembuh.
"Virus ini kalau sudah kena pada anak-anak dengan daya tahan tubuh yang lemah itu akan mengenai sistem saraf yang terutama di bagian tungkai," ujar Maxi.
"Jadi yang dilakukan upaya untuk supaya jalannya bisa berfungsi, kakinya, ototnya, kan itu virusnya menyerang saraf, bisa agak lebih baik, tapi tidak mungkin sembuh. Tapi itu bisa ditingkatkan dengan cara rehabilitas," pungkasnya.
(avk/naf)











































