Raja Charles III Dirawat, Waspadai Risiko 90 Persen Pembesaran Prostat di Usia Ini

Raja Charles III Dirawat, Waspadai Risiko 90 Persen Pembesaran Prostat di Usia Ini

Suci Risanti Rahmadania - detikHealth
Jumat, 19 Jan 2024 09:31 WIB
Raja Charles III Dirawat, Waspadai Risiko 90 Persen Pembesaran Prostat di Usia Ini
Raja Charles III dan Istrinya, Queen Camila (Foto: Reuters)
Jakarta -

Raja Charles III baru-baru ini dikabarkan tengah menjalani perawatan imbas pembesaran atau pembengkakan prostat. Kabar tersebut menyusul setelah Istana Buckingham dan Istana Kensington mengumumkan bahwa menantu perempuannya, Catherine, Princess Wales alias Kate Middleton juga dalam masa pemulihan pasca operasi perut.

Raja Charles akan dirawat selama sepekan ke depan untuk menjalani prosedur perbaikan. Imbas kondisi ini, pertemuan publik dengan Raja Charles juga akan ditunda untuk jangka waktu pemulihan.

"Sama dengan ribuan pria setiap tahunnya, Raja mencari pengobatan untuk pembesaran prostatnya," bunyi pernyataan istana.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kondisi Yang Mulia tidak berbahaya dan dia akan dirawat di rumah sakit minggu depan untuk menjalani prosedur perbaikan," lanjut pernyataan tersebut.

Spesialis urologi dr Hilman Hadiansyah menjelaskan, pembesaran prostat jinak atau disebut Benign Prostatic Enlargement (BPE) adalah bertambahnya volume prostat akibat adanya perubahan histopatologis yang jinak pada prostat.

ADVERTISEMENT

Kondisi ini disebutnya dapat terjadi karena pertumbuhan sel-sel prostat yang berlebihan. Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan seseorang mengalami kondisi pembesaran prostat, yakni perubahan hormonal yang terjadi seiring dengan penuaan, genetik, dan sindrom metabolik

"Angka kejadian setiap tahunnya di Indonesia sekitar 20 persen pada pria berusia 41-50 tahun, meningkat hingga 50 persen pada pria usia 51-60 tahun, dan bertambah lagi hingga 90 persen pada pria usia di atas 80 tahun," ucapnya saat dihubungi detikcom, Jumat (19/1/2024).

dr Hilman menjelaskan, pembesaran prostat jinak umumnya tak menyebabkan kematian. Mortalitasnya juga disebutnya semakin menurun dari tahun ke tahun dan hampir mendekati nol, sekitar 0,5-1,5 per 100.000 penduduk.

"Mortalitasnya umumnya disebabkan oleh komplikasinya, seperti gagal ginjal," ucapnya lagi.




(suc/naf)

Berita Terkait