Health Collaborative Center (HCC) menemukan 47 persen orang Indonesia adalah emotional eater alias makan hanya untuk mengendalikan dan mengatasi emosinya, tidak benar-benar memenuhi keinginan lapar untuk kecukupan gizi. Kelompok ini juga 2,5 kali lipat berisiko mengalami stres.
Sejalan dengan temuan HCC dalam survei yang menunjukkan 50 persen dari mereka yang mengalami emotional eater sedang mengalami gejala stres sedang sampai berat.
Hal ini tentu saja tidak hanya mengganggu kejiwaan, pola makan otomatis mempengaruhi kesehatan tubuh seperti meningkatkan risiko pada obesitas.
Peneliti Health Collaborative Center (HCC) Dr dr Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH menuturkan bahwa metode mindful eating bisa menjadi solusinya. Mindful eating merupakan sebuah metode makan secara lebih 'sadar', menikmati, dan dilakukan tidak terburu-buru. Menurutnya, metode makan sama pentingnya dengan jenis makanan dalam hal pemenuhan gizi tubuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
dr Ray mengatakan pola makan mindful perlu dilakukan dengan kedisiplinan yang baik dalam mengatur pola makan. Salah satu langkah awal yang perlu dilakukan untuk mengubah kebiasaan makan menjadi mindful eating adalah secara disiplin menetapkan waktu untuk makan.
"Kalau makan pagi siang malam jangan kemudian hari ini makan siang jam dua, besok makannya jam empat, jadi harus ada keteraturan pola makan," ucap dr Ray ketika ditemui detikcom di Jakarta Selatan, Rabu (25/1/2024).
Selanjutnya menurut dr Ray, penting bagi masyarakat untuk menjadikan perilaku makan sebagai sarana pemenuhan nutrisi, bukan sebagai sarana pengalihan emosi. Hal ini juga penting karena seseorang yang makan dengan emosional cenderung mengonsumsi makanan tinggi kalori dan rendah nutrisi.
dr Ray juga menyarankan aktivitas makan sebaiknya tidak dilakukan dengan aktivitas lain. Misalnya ketika sedang bekerja atau belajar.
"Sebaiknya pada waktu melakukan makan usahakan jangan multitasking. Ada pekerjaan-pekerjaan yang sebaiknya tidak dilakukan bersamaan saat makan," jelas dr Ray.
"Contohnya ketika anda sedang melakukan pekerjaan di periode produktif, yang terutama itu adalah tingkatkan hidrasi, bukan makan. Tapi cairannya yang sehat, bukan soda, dairy, atau manis-manis. Jadi sebaiknya dikompensasi dengan hidrasi," sambungnya.
dr Ray menuturkan penting diingat oleh masyarakat ketika sedang melakukan pekerjaan atau multitasking, sebaiknya mengonsumsi asupan yang sangat rendah kalori. Hal ini membantu proses pengalihan metode makan menjadi lebih mindful.
(avk/naf)











































