Rasa lapar adalah respons tubuh yang normal ketika sudah tidak mengonsumsi makanan dalam waktu lama. Namun, bagaimana jika lapar sangat mudah datang, bahkan setelah baru makan?
Kondisi gampang lapar tentu saja dapat mengganggu kehidupan dan juga kesehatan. Situasi ini dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit seperti obesitas dan diabetes apabila makanan yang dikonsumsi tidak masuk dalam kategori sehat.
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mindful eating. Selain jenis makanan yang masuk, metode makan yang dilakukan juga penting dalam proses pemenuhan gizi tubuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mindful eating adalah sebuah metode atau pola makan yang dilakukan dengan kesadaran dan perhatian penuh pada makanan yang dikonsumsi. Peneliti Health Collaborative Center (HCC) dr Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH yang melakukan studi terkait perilaku mindful eating masyarakat Indonesia menuturkan ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mulai mempraktikkan mindful eating:
Makan Tidak Buru-buru
Salah satu cara utama yang perlu dilakukan untuk mempraktikkan mindful eating adalah dengan tidak buru-buru. Masyarakat diminta sebisa mungkin makan sambil fokus menikmati setiap gigitan yang masuk ke dalam mulut.
Metode makan ini juga perlu dilakukan dengan penuh perhatian pada setiap nutrisi yang terkandung di dalam makanan. Cara ini dapat memicu perasaan bahagia saat makan dan meningkatkan kesehatan organ.
"Orang yang menerapkan mindful eating status kesehatannya jauh lebih bagus. Kesehatan fisik dan mental seimbang, dan yang paling penting adalah dia dapat menurunkan risiko-risiko penyakit metabolik seperti penyakit jantung, diabetes, hipertensi, dan lainnya," ucap dr Ray ketika ditemui detikcom di Jakarta Selatan, Rabu (24/1/2024).
Jadikan Rutinitas
dr Ray menuturkan bahwa perlu disiplin yang baik untuk bisa menerapkan mindful eating. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan penjadwalan makan secara teratur setiap hari.
"Kalau makan pagi siang malam jangan kemudian hari ini makan siang jam dua, besok makannya jam empat, jadi harus ada keteraturan pola makan," kata dr Ray.
Hindari Multitasking
Ia menyarankan sebaiknya makan tidak dibarengi dengan aktivitas lain, misalnya seperti bekerja dan belajar. Kebiasaan nyemil saat belajar atau bekerja menurutnya adalah salah satu bentuk dari emotional eating atau makan berdasarkan emosi.
"Sebaiknya pada waktu melakukan makan usahakan jangan multitasking. Ada pekerjaan-pekerjaan yang sebaiknya tidak dilakukan bersamaan saat makan," jelasnya.
"Contohnya ketika anda sedang melakukan pekerjaan di periode produktif, yang terutama itu adalah tingkatkan hidrasi, bukan makan. Tapi cairannya yang sehat, bukan soda, dairy, atau manis-manis. Jadi sebaiknya dikompensasi dengan hidrasi," tambah dr Ray.
Kendalikan Stres
Menurut dr Ray, aktivitas makan seharusnya menjadi sarana pemenuhan nutrisi, bukan sebagai sarana pengalihan emosi. Pada kondisi stres atau emosi, seseorang akan cenderung mengonsumsi makanan tinggi kalori dengan jumlah yang banyak.
Ketika seseorang makan dalam kondisi stres, proses penyerapan gizi dari makanan yang dikonsumsi juga akan terhambat. Hal ini tentu dapat mempengaruhi kesehatan tubuh.
"Ketika makan kan tubuh akan mengeluarkan enzim, yang mencerna makanan itu adalah enzim. Perlu diingat enzim-enzim itu akan keluar optimal saat tidak ada stres. Makanan sudah pada gizi, tapi ketika makan dalam kondisi stres enzimnya jadi tidak maksimal," jelas dr Ray.











































