Awal Mula Wanita Bandung Usia 35 Kena Kanker Paru Stadium 4, Sempat Dikira TBC

Awal Mula Wanita Bandung Usia 35 Kena Kanker Paru Stadium 4, Sempat Dikira TBC

Suci Risanti Rahmadania - detikHealth
Senin, 05 Feb 2024 16:32 WIB
Awal Mula Wanita Bandung Usia 35 Kena Kanker Paru Stadium 4, Sempat Dikira TBC
Sempat dikira mengidap TBC, begini kisah perjuangan Dwina Saptarika melawan kanker paru di usia muda. Awalnya mengalami gejala batuk hingga sesak napas. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Natali_Mis)
Jakarta -

Penyakit kanker tak hanya menyerang usia lanjut, tetapi juga bisa dialami oleh dewasa muda. Hal serupa juga dialami oleh Dwina Saptarika, wanita asal Bandung yang terkena kanker paru stadium 4 saat usianya masih 35 tahun.

Awal mula Dwina terdiagnosis kanker paru saat ia mengalami nyeri dada pada tahun 2018. Nyeri yang dirasakan awalnya tak terlalu intens, sehingga wanita yang kini berusia 40 tahun berpikir mungkin kondisi tersebut disebabkan karena kelelahan.

Dwina mengatakan, nyeri yang dirasakan umumnya akan hilang jika dibawa istirahat. Namun setelah dibawa beraktivitas, nyeri yang dirasakan malah semakin memburuk, bahkan lama-lama menetap. Hal inilah yang membuat Dwina langsung memutuskan pergi ke rumah sakit.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya mencari dokter umum, dokter justru merujuk saya ke spesialis paru saat itu. Saya tidak membayangkan apa yang terjadi dengan paru-paru saya, karena nyeri dada sebelah kiri saya pikir berhubungan dengan jantung. Karena ada saya ada riwayat jantung di keluarga, kebetulan ibu saya pengidap penyakit jantung," imbuhnya dalam konferensi pers Srikandi Kanker Paru 2024, Senin (5/2/2024).

Dokter saat itu menyuruh Dwina melakukan fotothorax untuk melihat paru-parunya. Berdasarkan hasilnya, dokter menduga Dwina mengidap TBC atau tuberkulosis. Dwina pun menjalankan pengobatan selama kurang lebih satu setengah bulan.

ADVERTISEMENT

Akan tetapi, pengobatan tersebut tak membuahkan hasil, bahkan nyeri dada yang dialaminya semakin memburuk.

"Kemudian pada saat saya kontrol, saya sampaikan ke dokter 'kenapa nyeri dada kiri saya malah semakin menjadi, malah menetap', seiring perjalanan pengobatan TB paru nanti nyerinya akan hilang," sambungnya.

"Sayanya saat itu dari pengobatan TB paru juga saya mengalami nyeri lambung. Akhirnya saya sesak napas, saya mencari dokter paru lain untuk second opinion, feeling saya juga mengatakan saya harus mencari pendapat dari dokter paru yang lain mengenai nyeri dada kiri saya ini," imbuhnya lagi.

Lantaran kondisinya yang semakin memburuk, Dwina akhirnya mencari pendapat dari spesialis paru lainnya. Setelah menjalani tes ulang, seperti foto thorax, tes darah, hingga cek dahak, Dwina mengaku dokter mencurigai ada yang tak beres pada parunya.

Dokter kemudian menyuruh Dwina menjalani tes lebih lanjut, seperti CT scan dan biopsi melalui bronchoscopy untuk melihat kondisi saluran paru-parunya. Berdasarkan hasilnya, Dwina dinyatakan mengidap kanker paru stadium 4.

Wanita berusia 40 tahun itu lantas disarankan untuk melakukan kemoterapi. Awalnya Dwina mengaku sempat takut karena efek sampingnya, namun dengan bantuan semangat dan dukungan para survivor kanker lainnya, ia akhirnya menjalankan prosedur kemoterapi.

"Alhamdulilah kemoterapi saya jalani, setelah kemoterapi ketiga, nyeri dadanya hilang. Tapi kemoterapi harus diselesaikan sampai 6 kali, saya jalani itu berat badan saya tambah lama tambah naik, kurang lebih 10 kg," imbuhnya.

Setelah menjalani kemoterapi dan beberapa terapi target untuk kanker, Dwina mengaku kondisinya saat ini sudah membaik dan tak lagi merasakan nyeri dada. Bahkan dirinya sudah bisa rutin berolahraga, seperti berenang dan sebagainya.

"Saya bisa kembali beraktivitas lagi. Alhamdulilah saya bisa berolahraga sampai saat ini," sambungnya lagi.

NEXT: Beda gejala TBC dan Kanker Paru

Bedanya Gejala TBC dan Kanker Paru

Kanker paru kerap sulit dideteksi dini lantaran memiliki tanda gejala yang hampir sama dengan penyakit lain, seperti tuberkulosis atau TBC. Karena hal ini, masyarakat pun seringkali tertukar dan sulit membedakan gejala dari kedua penyakit tersebut.

Hal ini juga diakui oleh spesialis paru dan konsultan onkologi, Prof Dr dr Noni Novisari Soeroso. Menurutnya, gejala TBC dan kanker paru agak sulit dibedakan sehingga membutuhkan pemeriksaan khusus, seperti foto thorax atau CT Scan.

Meski pada dasarnya sulit dibedakan, Prof Noni menyebut TBC biasanya akan membaik setelah mendapatkan perawatan khusus.

"Kalau misalnya dia mengarah ke diagnosis TBC, dua minggu aja klinis pasti akan membaik. Keluhan seperti batuk berkurang, dua minggu saja kita berikan pengobatan TBC. Kalau misalnya masih ragu, kita melakukan kurun satu bulan pengobatan," ucapnya saat konferensi pers Srikandi Kanker Paru 2024, Senin (5/2/2024).

Apabila nyeri dada, sesak napas, hingga batuk yang dirasakan tak kunjung sembuh, bahkan sudah mendapatkan pengobatan sekalipun selama sebulan, ini bisa dicurigai penyakit kanker paru.
Prof Noni mengimbau untuk segera pergi ke rumah sakit apabila kondisi yang dialami semakin memburuk atau tak membaik.

"Ada kewaspadaan kita sebagai klinisi harus dilakukan rujukan rumah sakit yang memiliki fasilitas pendukung, seperti CT scan fotothorax, dan juga tindakan intervensi seperti bronchoscopy dan lainnya," imbuhnya.

"Jadi sebagai klinisi kita harus kita tanggap bahwa tidak ada membaik saat pengobatan OAT selama satu bulan, kita harus aware langsung kita melakukan rujukan," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(suc/kna)

Berita Terkait