Jepang menjadi salah satu negara yang tengah menghadapi masalah populasi. Belum lama ini dilaporkan bahwa angka kelahiran bayi di Jepang selama tahun 2023 mencatatkan rekor terendah dalam delapan tahun berturut-turut.
Data dari Kementerian Kesehatan Jepang mengungkapkan penurunan angka kelahiran sebesar 5,1 persen menjadi 758.631 dibandingkan dengan awal tahun sebelumnya dengan 799.728.
"Orang-orang cenderung menikah dan melahirkan di usia yang lebih tua, dan selain itu, virus corona mungkin juga berdampak pada pernikahan dan kelahiran," kata seorang pejabat Kementerian Kesehatan dikutip dari The Japan Times.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Populasi Jepang Diprediksi Turun Drastis
Pada tahun 2022, Jepang memiliki jumlah populasi 124,95 juta orang. Institut Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial Nasional memperkirakan bahwa populasi Jepang akan turun di bawah 100 juta pada tahun 2053. Jumlahnya diprediksi akan semakin rendah hingga 88,08 juta pada tahun 2065.
Pada tahun 2016, angka kelahiran bayi untuk mulai masuk di bawah 1 juta kelahiran. Pada tahun 2019 di bawah 900 ribu dan pada tahun 2022 di bawah 800 ribu kelahiran.
Sebagai perbandingan, jumlah bayi yang lahir setiap tahun pada masa baby boom pertama antara tahun 1947 hingga 1949 bisa mencapai 2,7 juta bayi. Sedangkan antara tahun 1971 dan 1974 bisa mencapai 2,1 juta bayi.
Banyak Warga Jepang Childfree
Menurut statistik dari Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), Jepang adalah salah satu negara dengan jumlah wanita berusia 50 tahun yang tidak memiliki anak tertinggi di antara negara-negara maju. 27 persen wanita yang lahir pada 1970 belum pernah melahirkan hidup saat mereka berusia 50 tahun.
Angka tersebut sejauh ini masih menjadi yang terbesar jika dibandingkan dengan 17 negara dengan data yang sebanding. Peringkat terdekat adalah Finlandia dengan 20,7 persen.
Dibandingkan negara lain yang berhasil menahan lonjakan jumlah orang yang tidak memiliki anak, jumlah wanita Jepang yang memilih untuk tidak punya anak masih sangat banyak.
Menurut perhitungan The National Institute of Population and Social Security Research yang berbasis di Tokyo (IPSS), 31,6 hingga 39,2 persen wanita Jepang yang lahir pada tahun 2000 tetap tidak akan memiliki anak sepanjang hidup mereka. Peneliti senior IPSS Rie Moriizumi menuturkan pemicu hal tersebut adalah kesulitan menikah, pilihan pribadi, menunda, hingga karena infertilitas atau masalah kesehatan.
Sumber daya keuangan yang memadai juga menjadi faktor penyebab mengapa banyak orang memilih untuk tidak memiliki anak. Perempuan yang belum menikah cenderung memutuskan untuk tidak punya anak jika mereka berpenghasilan rendah atau belum menemukan pasangan yang cocok.
Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak perempuan yang menyerah daripada secara aktif memilih untuk tidak memiliki anak," kata Moriizumi.
Jumlah Pernikahan Juga Drop
Dikutip dari Japan Times, jumlah pernikahan turun sekitar 30 ribu dibandingkan tahun sebelumnya dan mencapai angka terendah pascaperang yaitu 489.281.
Survei yang dilakukan oleh IPSS juga mengungkapkan bahwa sekitar 17,3 persen pria dan 14,69 persen wanita tidak tertarik untuk memiliki keluarga. Menurunnya angka pernikahan di Jepang disebut memiliki konsekuensi besar terhadap jumlah populasi negara di masa depan.
Tidak hanya jumlah pernikahan yang mengalami penurunan, survei terbaru juga mengungkap bahwa pasutri yang tidak melakukan hubungan intim juga tinggi. Dikutip dari Nippon, survei yang dilakukan Raison d'Etre Shinjuku Tokyo mengungkap bahwa 68 persen pasutri di Jepang tidak melakukan kontak seksual.
Penelitian tersebut dilakukan pada 4 ribu responden yang sudah menikah berusia dua puluhan, tiga puluhan, empat puluhan dan lima puluhan. Hasil survei mengungkap sebanyak 43,9 persen responden menikah 'tanpa berhubungan seks' dan 24,3 persen melakukan pernikahan 'hampir tanpa seks'.
Dari riset lain yang dilakukan oleh Asosiasi Keluarga Berencana Jepang (JFPA) sebanyak 22,3 persen wanita di Jepang enggan bercinta karena menilai hal tersebut 'mengganggu'. Sementara itu 20 persen wanita tidak ingin melakukan kontak fisik dengan suami setelah melahirkan, 17,4 persen merasa terlalu lelah bekerja, dan 8,2 persen tidak lagi menganggap suami mereka sebagai pasangan seksual, melainkan sebagai 'keluarga'.
Simak Video "Video Tanggapan Veronica Tan soal Meningkatnya Tren Childfree "
[Gambas:Video 20detik]
(avk/up)











































