Nyeri menstruasi atau haid merupakan salah satu keluhan yang kerap kali dialami oleh para wanita. Keluhan yang biasanya datang menjelang dan pada hari awal-awal datang bulan ini dapat membuat pengidapnya tak nyaman dan berdampak pada aktivitasnya. Bahkan nyeri haid yang hebat bisa membuat pengidapnya merasa sangat kesakitan.
Pada dasarnya, nyeri haid merupakan keluhan yang normal. Akan tetapi, ada beberapa kondisi yang perlu diwasapdai lantaran nyeri haid yang tak normal bisa jadi pertanda adanya gangguan kesehatan lain, salah satunya endomentriosis.
"Endometriosis mash menjadi masalah yang besar khususnya bagi perempuan di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah keterlambatan diagnosa, dimana data menunjukkan adanya keterlambatan diagnosa 6-8 tahun. Padahal, setidanya 5 dari 100 perempuan usia produktif di Indonesia, serta 1 dari 10 perempuan di Asia, mengalami Endometriosis. Namun, banyak dari mereka yang baru mengetahui dirinya mengidap Endometriosis, sehingga datang saat kondisi sudah lumayan parah," ucap spesialis kebidanan dan kandungan Dr dr Kanadi Sumapraja, SpOG, Subsp, FER, MSc saat ditemui di Jakarta Pusat, Jumat (8/3/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Endometriosis, tambahnya, menyebabkan tingginya angka morbiditas, ketidakhadiran, dan biaya sosial ekonomi, juga berpengaruh pada kualitas hidup, pendidikan, tingkat kepercayaan diri dan kesuburan pada perempuan (fertilitas). Selain itu, endomentriosis juga menimbulkan beban serius bagi kesehatan fisik dan mental wanita, sehingga kerap menghambat produktivitas wanita dan keharmonisan keluarga.
Lantas, bagaimana membedakan nyeri haid normal dengan nyeri akibat endomentriosis?
dr Kanadi mengatakan nyeri yang dirasakan saat haid normal dengan nyeri haid disertai endomentriosis merupakan hal yang subjektif. Akibatnya, ini kerap menjadi mispersepsi tentang kapan seorang wanita perlu datang untuk mencari pertolongan.
Para ahli, dijelaskannya, telah mencari sejumlah indikator untuk menandakan nyeri haid yang tidak normal.
"Kita mengenal apa yang disebut absenteeism dan resenteeism," ucapnya.
"Absenteeism artinya akibat adanya nyeri ini seseorang tidak dapat hadir di tempat yang seharusnya dia harus melakukan aktivitas, contohnya tadi saat sekolah terpaksa kalau lagi mens, absen tidak bisa datang ke sekolah. Nah itu absenteeism. Ini adalah hal katakanlah bisa digunakan sebagai salah satu indikator yang menyatakan nyerinya sudah kelewatan dan sudah tidak bisa ditoleransi," sambungnya lagi.
Sementara resenteeism adalah nyeri yang dirasakan seseorang namun ia masih bisa hadir di lokasi tempat beraktivitas, seperti sekolah dan kantor.
"Misalnya dia datang ke sekolah tapi pas pelajaran olahraga 'mohon maaf Pak guru saya tidak bisa lari-lari karena perutnya sakit, saya tidak bisa senam karena perutnya sakit. Atau kalau di kantor dia bermohon pada teman-temannya tolong ya pada hari ini saya hari ini duduk saja, ini merupakan suatu hal sudah menjadi alarm bahwa ini nyeri yang sudah perlu dikonsultasikan," lanjutnya lagi.
NEXT: Penggunaan painkiller
Tak hanya itu, ciri-ciri nyeri haid yang tak normal juga dapat dilihat dari penggunaan painkiller atau obat pereda nyeri. Apabila seseorang menggunakan painkiller akibat nyeri haid yang dialami, hal tersebut perlu segera dikonsultasikan ke dokter.
Meski begitu, dr Kanada kembali mengingatkan bahwa nyeri yang dirasakan bersifat subjektif sehingga perlu memeriksakan diri ke dokter untuk mencari penyebabnya.
"Hal-hal seperti itu nanti itu kita bisa tanyakan apa yang terjadi pasien itu mengalami nyeri," pungkasnya.
Simak Video "Video: Nutrisi yang Bisa Mengurangi Gejala Nyeri Haid"
[Gambas:Video 20detik]
(suc/up)











































