Dewi Perssik Bekukan Sel Telur, dr Boyke Ungkap Alasan Egg Freezing Makin Marak

Dewi Perssik Bekukan Sel Telur, dr Boyke Ungkap Alasan Egg Freezing Makin Marak

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Kamis, 14 Mar 2024 15:00 WIB
Dewi Perssik Bekukan Sel Telur, dr Boyke Ungkap Alasan Egg Freezing Makin Marak
Dewi Perssik membekukan sel telur. (Foto: Instagram Dewi Perssik)
Jakarta -

Dewi Perssik menjalani proses pembekuan sel telur atau egg freezing untuk berjaga-jaga jika nantinya ingin memiliki anak saat sudah tidak bisa hamil, di usianya yang kini mendekati 40 tahun. Penyanyi kelahiran Jember itu sebelumnya disuntik hormon untuk menguatkan kualitas sel telur, ditemukan kurang lebih 10 sel telur dengan kondisi prima dan optimal yang siap dibuahi kemudian hari.

Dokter spesialis obgyn dr Boyke Dian Nugraha menyebut egg freezing memang efektif dilakukan dalam kondisi tersebut. Bahkan, sel telur yang dibekukan bisa aman tersimpan hingga lebih dari 5 tahun.

"Jadi karena dia beku, dia nggak ada aktivitas apa-apa, sehingga ketika dibutuhkan dia tinggal diambil, bisa sampai 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun bisa, bahkan beberapa ada yang sampai 10 tahun terbaru, tergantung teknologi berapa lama biasanya," beber dr Boyke saat dihubungi detikcom Kamis (14/3/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dirinya menyebut tidak ada usia ideal dalam menjalani proses pembekuan sel telur atau egg freezing, selama ditemukan sel telur yang sehat, siapapun bisa menjalani prosedur tersebut.

"Ada yang meyakini di bawah 40, ada yang mengatakan di bawah 35 itu terserah saja, karena telur itu kan bisa dirangsang pertumbuhannya dengan mekanisme hormon, yang namanya hormon pengobatan hormonal, perangsangan telur sudah demikian canggih juga," jelas dr Boyke.

ADVERTISEMENT

Kenapa Egg Freezing Makin Marak?

Selain banyaknya wanita yang menunda menikah, dr Boyke tidak menampik kemungkinan fenomena egg freezing meningkat di Indonesia dipicu angka kanker reproduksi terus bertambah.

"Penyakit kanker kan makin tinggi, terutama terhadap kanker reproduksi, misalnya kanker serviks yang butuh penyinaran, indung telur yang membutuhkan penyinaran, itu kan semua mengakibatkan kondisi indung telurnya rusak," kata dr Boyke.

Sebelum pasien kanker kemudian melakukan prosedur kemoterapi, penyinaran, hingga sampai pengangkatan rahim, egg freezing masih bisa dilakukan untuk mereka yang ingin menyimpannya demi memiliki anak di masa mendatang.

Peluang kehamilan dengan egg freezing disebutnya relatif tinggi, sama dengan bayi tabung di angka 30 persen. Namun, hal ini bergantung pada kondisi masing-masing kehamilan.

Bila usianya sudah relatif lebih tua, tentu perlu penanganan khusus untuk meningkatkan peluang hamil dengan optimal. Adapula prosedur surrogate mother yakni sebagai ibu pengganti, alias sel telur dan sperma dibuahkan dalam rahim wanita lain.

Namun, teknologi semacam ini jelas belum legal di Indonesia dan banyak bertentangan dengan norma dan nilai agama.

dr Boyke berpesan agar sebelum melakukan egg freezing, diusahakan sel telur dalam kondisi yang sehat, memeriksakan berbagai macam kondisi hormonal, serta memastikan tidak ada infeksi tokso hingga rubella.




(naf/kna)

Berita Terkait