Riset: Pandemi COVID-19 Pangkas Angka Harapan Hidup Global 1,6 Tahun

Riset: Pandemi COVID-19 Pangkas Angka Harapan Hidup Global 1,6 Tahun

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Jumat, 15 Mar 2024 09:17 WIB
Riset: Pandemi COVID-19 Pangkas Angka Harapan Hidup Global 1,6 Tahun
Ilustrasi populasi di dunia. (Foto: Bloomberg via Getty Images/Bloomberg)
Jakarta -

Riset menemukan pandemi COVID-19 memicu penurunan angka harapan hidup warga dunia hingga 1,6 tahun. Angka ini disebut lebih dramatis dari yang diperkirakan sebelumnya.

"Bagi orang dewasa di seluruh dunia, pandemi COVID-19 memiliki dampak yang lebih besar dibandingkan peristiwa apa pun yang terjadi dalam setengah abad ini, termasuk konflik dan bencana alam," ujar penulis utama studi Austin Schumacher, asisten profesor ilmu kesehatan di Universitas Washington di Seattle dikutip dari Live Science.

Selama 2020 dan 2021, sekitar 16 juta orang meninggal baik secara langsung akibat COVID-19 atau akibat dampak langsung dari wabah global, termasuk keterlambatan dalam mencari layanan kesehatan. Jumlah kematian ini mengurangi angka harapan hidup global dari 73,4 tahun pada tahun 2019 menjadi di bawah 71,8 tahun pada tahun 2021.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Studi yang diterbitkan di laman The Lancet ini memaparkan perkiraan kematian terbaru dari Studi Beban Penyakit Global tahun 2021, yang mengukur tren kesehatan global di berbagai tempat dan waktu. Dalam penelitian tersebut, para peneliti menganalisis data dari 204 negara dan wilayah.

Dari jumlah tersebut, hanya 32 negara yang menunjukkan peningkatan angka harapan hidup antara tahun 2019 dan 2021. Negara-negara tersebut termasuk Australia, Selandia Baru, Jepang, Islandia, Irlandia, dan Norwegia, yang semuanya merupakan negara berpendapatan tinggi.

ADVERTISEMENT

Di antara negara-negara tersebut, Peru dan Bolivia mengalami penurunan angka harapan hidup terbesar di semua kelompok umur dari 2019 hingga 2021. Selain itu, Mexico City mengalami penurunan yang sangat besar dibandingkan dengan lokasi subnasional lainnya.

Ketika para peneliti mengamati kelompok usia secara terpisah dan bukannya menggabungkan semuanya, mereka menemukan bahwa provinsi KwaZulu-Natal dan Limpopo di Afrika Selatan memiliki angka kematian berlebih tertinggi dan penurunan harapan hidup terbesar di dunia. Provinsi-provinsi ini memiliki populasi yang relatif muda dan datanya dapat menyimpang dari rata-rata harapan hidup secara keseluruhan.

Menurut perkiraan peneli, pandemi ini menyebabkan angka kematian global melonjak pada semua orang yang berusia di atas 15 tahun, dengan peningkatan angka kematian sebesar 22 persen pada laki-laki dan peningkatan sebesar 17 persen pada perempuan antara tahun 2019 dan 2021.

Sebaliknya, angka kematian anak , menurun sebesar 7 persen pada periode yang sama, dengan penurunan setengah juta kematian pada anak di bawah usia 5 tahun pada tahun 2021 dibandingkan dengan tahun 2019.

"Studi kami menunjukkan bahwa, bahkan setelah memperhitungkan banyaknya korban jiwa yang dialami dunia akibat pandemi ini, kami telah mencapai kemajuan luar biasa selama 72 tahun sejak tahun 1950, dengan angka kematian anak yang terus menurun secara global," ujar Hmwe Kyu , seorang profesor ilmu metrik kesehatan di Universitas Washington.

Halaman 3 dari 2
(kna/naf)

Berita Terkait