Angka Kesuburan Singapura Terendah Sepanjang Sejarah, Menyusut Drastis

Angka Kesuburan Singapura Terendah Sepanjang Sejarah, Menyusut Drastis

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Senin, 18 Mar 2024 07:01 WIB
Angka Kesuburan Singapura Terendah Sepanjang Sejarah, Menyusut Drastis
Ilustrasi Singapura. (Foto: Getty Images)
Jakarta -

Singapura mencatat angka kesuburan terendah sepanjang sejarah, berada di bawah 1,0 untuk pertama kalinya. Padahal, angka ideal untuk menjaga populasi berada di total fertility rate 2,1.

Angka kesuburan di Singapura menjadi 0,97 pada 2023, turun lebih jauh dari rekor sebelumnya sebesar 1,04 pada 2022 dan 1,12 pada 2021. Pemicunya tidak lain dihadapkan dengan beban finansial selama memiliki anak hingga usia pernikahan semakin bergeser.

"Negara ini masih belum bisa mengatasi masalah ini," kata Dr Kalpana Vignehsa, peneliti senior di Institute of Policy Studies di National University of Singapore.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah di sisi lain sudah mengupayakan insentif bagi keluarga yang memiliki bayi, tetapi hal tersebut dinilai tidak sebanding dengan upaya negara lain yang memberikan cuti kepada orangtua selama satu tahun untuk merawat anak, seperti di Korea Selatan dan Jepang.

Standar cuti melahirkan global ditetapkan pada 1919 oleh Kantor Perburuhan Internasional, yang menyerukan cuti selama 12 minggu. Revisi tahun 1952 menjadikan hal ini sebagai jumlah minimum.

ADVERTISEMENT

"Di Singapura, dengan cuti hamil selama 16 minggu dan cuti ayah berbayar selama 4 minggu, kami belum banyak bergerak melampaui standar lama ini," kata Dr Vignehsa.

Profesor Jean Yeung dari fakultas kedokteran NUS mengatakan kecil kemungkinannya Singapura akan menambah kuota cuti lebih banyak lagi.

"Tetapi setidaknya Singapura dapat memulai dengan mewajibkan cuti ayah selama 4 minggu tanpa persetujuan pemberi kerja," kata Prof Yeung, yang juga direktur ilmu sosial di Institut Ilmu Klinis Singapura A*STAR.

Pada Anggaran 2023, Wakil Perdana Menteri Lawrence Wong mengumumkan bahwa cuti ayah yang dibayar pemerintah akan berlipat ganda dari dua minggu menjadi empat minggu mulai 2024.

Cuti tambahan dua minggu, bagi ayah dari anak-anak Singapura yang lahir sejak awal 2024, masih bersifat sukarela bagi pemberi kerja. Hal ini pada akhirnya akan menjadi wajib, meski pemerintah belum mengatakan kapan persisnya diberlakukan.

Dorongan Pernikahan Lebih Awal

Profesor Paulin Straughan dari Universitas Manajemen Singapura (SMU) mendorong pernikahan di usia lebih muda menjadi salah satu cara untuk mengatasi anjloknya angka kelahiran di Singapura.

"Warga muda Singapura akan menikah nanti. Dan ketika mereka menikah di kemudian hari, bagi seseorang yang berusia 30an, peluang keberhasilan pembuahan alami akan lebih rendah," katanya.

"Kedua, ketika kamu terlambat menikah, menurutku mereka juga enggan mengubah gaya hidup mereka."

Pada 2022, rata-rata usia menikah bagi perempuan hampir 29 tahun, sehingga menyebabkan banyak pasangan yang akhirnya menginginkan bayi ketika waktunya sudah terlambat.

Jika Singapura menurunkan usia yang memenuhi syarat bagi para lajang untuk menerima subsidi perumahan, hal ini dapat menyebabkan generasi muda mendapatkan pengaturan hidup mandiri lebih awal, yang pada gilirannya mereka bisa mulai berkencan dan memikirkan pernikahan lebih awal.

Singapura juga dapat mendukung pendidikan tentang kesuburan dini, dan memberikan penilaian kesuburan dini bagi para mitra.

"Memberikan pengetahuan yang akurat dan penilaian dini akan membantu pasangan mengambil keputusan yang tepat mengenai kesuburan mereka," kata Prof Yeung.

Sebuah studi baru-baru ini yang dia ikuti menemukan bahwa masyarakat Singapura lebih memilih memiliki satu anak daripada tidak memiliki anak.

Namun, mereka tidak memilih memiliki dua anak atau lebih, jika bidang kehidupan keluarga lain yang mereka hargai tidak terpenuhi.




(naf/naf)

Berita Terkait