Kasus DBD Masih 'Ngegas', Apa Kabar Sebaran Nyamuk Berwolbachia di Bandung-Jakbar?

Kasus DBD Masih 'Ngegas', Apa Kabar Sebaran Nyamuk Berwolbachia di Bandung-Jakbar?

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Selasa, 02 Apr 2024 15:01 WIB
Kasus DBD Masih Ngegas, Apa Kabar Sebaran Nyamuk Berwolbachia di Bandung-Jakbar?
Ilustrasi nyamuk DBD. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Noppharat05081977)
Jakarta -

Kasus demam berdarah dengue (DBD) masih terus meningkat, tercatat lebih dari 100 kematian dilaporkan sepanjang awal 2024. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dr Maxi Rein Rondonuwu membantah kabar nyamuk DBD saat ini lebih 'ganas' lantaran tersebarnya nyamuk berwolbachia di 5 kota. Menurutnya, kedua hal tersebut tidak berkaitan.

Artinya, mereka yang terkena gigitan nyamuk aedes aegypty di daerah yang belum dan sudah disebar wolbachia, mengalami keluhan yang sama, seperti demam tinggi yang diikuti nyeri otot, mual, muntah, sakit kepala, mimisan, sampai gusi berdarah.

Apa Kabar Update Sebar Nyamuk DBD?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

dr Maxi menyebut pelepasan nyamuk berwolbachia di 5 kota sejauh ini belum optimal. Salah satunya, berkaitan dengan sosialisasi di masyarakat.

Semarang menjadi lokasi pertama yang melaksanakan penyebaran nyamuk ber-wolbachia, diikuti Kota Bontang dan Kota Kupang. Hingga kini, pelaksanaan tersebut belum menyeluruh di semua wilayah. Penyebaran nyamuk ber-wolbachia di Kota Semarang baru dilakukan di 4 kecamatan, Kota Bontang di 3 kecamatan dan Kota Kupang di 1 kecamatan.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, untuk wilayah Bandung, penyebaran nyamuk ber-wolbachia baru dilakukan di 1 kelurahan, yakni Pesanggrahan, Kecamatan Ujung Berung. Lain halnya dengan wacana penyebaran di Jakarta Barat, Dirjen Maxi menyebut pelaksanaan ini masih terkendala di tengah menunggu kesiapan masyarakat, juga penandatangan Nota Kesepakatan antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) Daerah Khusus Jakarta dengan Kemenkes yang sempat tertunda karena terjadi pergantian pimpinan di DKI.

Menurut Maxi, nyamuk berwolbachia yang disebar belum mencapai 60 persen dari populasi nyamuk aedes aegypty. Konsentrasi nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia yang ada di alam disebutnya baru di kisaran 20 persen.

"Setelah populasinya mencapai 60 persen, pelepasan ember nyamuk ber-wolbachia akan ditarik kembali dan hasil penurunan kasus dengue baru akan mulai terlihat setelah 2 tahun, 4 tahun, 10 tahun dan seterusnya seperti implementasi yang dilakukan di Kota Yogyakarta," ungkap Dirjen Maxi dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom Selasa (2/4/2024).

Penerapan teknologi wolbachia terbilang sukses dan efektif menekan angka kasus DBD, seperti di Kota Yogyakarta. Penurunan dilaporkan tercatat hingga 77 persen untuk jumlah kasus terinfeksi dan 86 persen rawat inap di RS.

Penyebaran nyamuk ber-wolbachia telah terbukti efektif menurunkan kasus demam berdarah di Kota Yogyakarta. Sejak pertama kali disebar pada tahun 2017, nyamuk ber-wolbachia telah terbukti mampu menurunkan 77 persen angka kejadian dengue dan 86 persen kejadian masuk rumah sakit.

Meski telah menyebar nyamuk ber-wolbachia, Dirjen Maxi mengimbau masyarakat untuk melengkapi upaya pencegahan dengan menerapkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus.

Langkah tersebut dapat dilakukan dengan menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, dan mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk aedes aegypti yang membawa virus DBD pada manusia.




(naf/suc)

Berita Terkait