Belakangan penyakit Flu Singapura sedang ramai diperbincangkan lantaran kasusnya ngegas di Indonesia. Istilah Flu Singapura sebenarnya bukan nama asli dari penyakit tersebut, melainkan istilah awam yang digunakan untuk merujuk pada penyakit Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD).
Penyakit ini tak dipicu oleh virus influenza sebagaimana penyakit flu yang sebenarnya, melainkan disebabkan oleh strain coxsackievirus dan yang paling sering adalah jenis A16. Selain itu, bisa juga disebabkan oleh Enterovirus 71.
Flu Singapura atau HFMD bisa menyerang siapa saja, baik anak-anak maupun dewasa. Akan tetapi, kasusnya lebih sering ditemukan pada anak-anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Flu Singapura' Bukan Flu dan Bukan dari Singapura
Terkait namanya yang bikin salah fokus, tak sedikit masyarakat yang menganggap Flu Singapura ini berarti penyakit yang berasal di Singapura. Padahal, anggapan tersebut salah lho.
Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik IDAI & Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Prof Dr dr Edi Hartoyo, SpAK, menjelaskan HFMD atau penyakit Flu Singapura ini sebenarnya tak berasal dari negara Singapura.
Namun karena Singapura pernah memiliki riwayat kasus yang tinggi dan adanya kasus kematian, nama 'Flu Singapura' akhirnya melekat di benak masyarakat.
"Flu Singapura ini sebenarnya istilahnya salah karena asalnya bukan dari Singapura. Tetapi memang pernah riwayatnya tahun 2000 dan 2006 itu Singapura banyak kejadian kasus ini dan ada yang meninggal. Akhirnya terkenalnya Flu Singapura," ucap Prof Edi dalam konferensi pers Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa (2/4/2024).
Prof Edi menjelaskan sebenarnya penyakit Flu Singapura ini pertama kali ditemukan di Toronto, Kanada, pada tahun 1957.
Bagaimana Gejalanya?
Adapun gejala Flu Singapura seperti demam, ruam, hingga muncul lesi di mulut, telapak kaki, dan telapak tangan. Selain itu, ada juga beberapa gejala yang perlu diwaspadai dan harus segera mendapatkan perawatan.
"Ada gejala mengarah infeksi berat harus dirawat rumah sakit. Gejalanya seperti demam tinggi di atas 39 derajat celsius, napas cepat seperti orang sesak," jelas Prof Edi.
"Kemudian kadang bisa menyebabkan kejang terutama di usia di bawah 6 tahun, salah satu gejala klinis bahaya ada radang di otak. Gejalanya anak agak besar, nyeri, tidak sadar, kejang, koma bahkan bisa kelumpuhan," pungkasnya.
Penyakit ini juga dapat memicu komplikasi serius seperti radang otak atau meningitis.
Sangat Menular
Prof Edi menjelaskan penularan HFMD sangat mirip dengan COVID-19. Penyakit ini dapat menular melalui kontak langsung, maupun tidak langsung.
"Penularannya yang pertama bisa kontak langsung dari sumber droplet misalnya kita batuk, bersin, bisa juga lewat fekal oral. Air liur, feses, cairan vesikel atau sekret, hampir sama dengan COVID-19," ujar Prof Edi.
"Kemudian penularan kontak tidak langsung misalnya pada saat menggunakan handuk bersamaan di mana anak ini pernah terkena Flu Singapura kemudian baju, perlengkapan makan, mainan anak juga bisa kena artinya sangat mudah menular," imbuhnya.
NEXT: Biar Tak Tertular, Bagaimana Cara Mencegahnya?
Simak Video 'Penanganan dan Gejala Flu Singapura':
Biar Tak Tertular, Bagaimana Cara Mencegahnya?
Pada kesempatan yang berbeda, Anggota Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Dr dr Erlina Burhan, MSc, SpP(K) mengungkapkan ada beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan dengan mudah. Di antaranya selalu mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, dan memastikan kebersihan makanan yang dikonsumsi.
"Gaya hidup higienis menjadi kunci utama untuk pencegahan, jadi cuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer, pastikan kebersihan makanan," tutur dr Erlina.
Tak hanya itu, dr Erlina juga mengimbau masyarakat agar selalu mengonsumsi makanan atau sayuran yang dimasak hingga matang. Hal ini dikarenakan virus dapat bertahan dan menular lewat makanan yang masih mentah.
"Makanlah makanan yang matang, karena flu Singapura ini juga bisa ditemukan virusnya di makanan atau sayuran mentah. Oleh sebab itu, makanan-makanan ini harus matang kalau dimasak, karena virus Coxsackievirus ini mati pada suhu di atas 50 derajat celcius. Jadi usahakan mengkonsumsi makanan-makanan yang matang dan hindari konsumsi seafood yang mentah," paparnya.
Selain memastikan sanitasi makanan, dr Erlina juga menekankan pentingnya menjaga kebersihan jamban untuk mencegah terjangkit virus flu Singapura.
"Jamban itu harus jamban yang sehat ya dan lengkap dengan septic tank. Di pedesaan kadang-kadang jambannya terbuka dan septic tanknya tidak memenuhi syarat," ucapnya.
"Lalu menghindari MCK di sungai, di kolam, atau di pantai, karena kita tahu virus tadi ada ditemukan di permukaan-permukaan air," sambung dr Erlina.
Situasi Flu Singapura di Indonesia
Hingga pekan ke-11 tahun 2024, Kementerian Kesehatan RI mencatat sebanyak 5.461 kasus Flu Singapura atau HFMD di Indonesia. Dari total tersebut, 738 kasus di antaranya dilaporkan di Banten.











































