Belum lama ini Hong Kong dihebohkan dengan temuan kasus pertama infeksi virus B pada manusia. Seorang pasien 37 terinfeksi virus B atau virus herpes simiae setelah mengalami luka akibat kontak dengan seekor monyet liar saat berkunjung ke Kam Shan Country Park pada akhir Februari.
Akibat kejadian tersebut, pada 21 Maret pasien dilarikan ke ICU Rumah Sakit Yan Chai setelah mengalami gejala demam dan penurunan tingkat kesadaran. Pasien pada saat ini ada di dalam kondisi kritis.
Berkaitan soal virus B, Pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman berkata virus tersebut memang memiliki efek yang fatal pada manusia. Data yang ada pada saat ini menunjukkan 80 persen orang yang terinfeksi virus ini berakhir dengan kematian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau ada 10 orang terinfeksi, setidaknya 8 orang meninggal. Case fatality rate-nya saat ini di data 80 persenan. Mau itu dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) atau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Artinya ini kasus-kasus yang banyak terjadi karena tidak terdeteksi," jelas Dicky ketika berbincang dengan detikcom, Sabtu (6/4/2024).
Dicky menuturkan kurang cepatnya kemampuan deteksi pada penyakit ini yang menjadi pemicu tingginya kasus kematian akibat virus B. Keterlambatan penanganan menyebabkan virus menyerang otak hingga meningkatkan risiko fatalitas.
Walaupun begitu, Dicky menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir berlebihan terkait keberadaan virus B. Ia juga mengaitkan hal ini dengan perbedaan jenis kera yang ada di Indonesia dan yang ada di Hong Kong.
"Kalau bicara potensi penyebaran virus B di Indonesia kecil sekali kemungkinannya sejauh ini. Karena ini bicara juga pada kera jenis kera yang memang hidup di suhu yang subtropis atau cenderung seperti di Eropa, Jepang, Korea, China termasuk Hong Kong ini kan hampir sama ya," jelasnya.
"Jadi ini bicara reservoirnya di mana virus bisa hidup di binatang itu, tapi binatang itu nggak sakit kan di kera ini ya," sambung Dicky.
Dicky menekankan virus B bukanlah ancaman untuk Indonesia apalagi sebagai pandemi, terlebih penularan antar manusia masih sangat langka ditemukan. Namun, ia mengingatkan bahwa setiap pihak harus tetap menjaga dan memperhatikan perkembangannya agar permasalahan kesehatan masyarakat bisa dicegah.
"Penularan antar manusia ini (virus B) masih sangat jarang. Bahkan sejauh ini dunia hanya menemukan satu kasus antar manusia," tandasnya.
(avk/suc)











































