Terminal Lucidity, Fenomena Pasien Sakit Keras Mendadak 'Sehat' sebelum Meninggal

Terminal Lucidity, Fenomena Pasien Sakit Keras Mendadak 'Sehat' sebelum Meninggal

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Kamis, 09 Mei 2024 15:00 WIB
Terminal Lucidity, Fenomena Pasien Sakit Keras Mendadak Sehat sebelum Meninggal
Ilustrasi sakit. (Foto: Getty Images/iStockphoto/gorodenkoff)
Jakarta -

Demensia menggambarkan hilangnya fungsi kognitif secara progresif yang memengaruhi ingatan, pemikiran, bahasa, suasana hati dan perilaku seseorang. Demensia, yang termasuk penyakit keras ini bersifat progresif, artinya kondisinya terus memburuk seiring berjalannya waktu. Pada akhirnya, pengidap demensia stadium akhir akan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan orang lain dan melakukan aktivitas yang bermakna.

Namun, menjelang akhir kehidupan, beberapa orang dengan demensia mungkin mengalami sesuatu yang disebut terminal lucidity yang digambarkan sebagai momen mereka kembali sehat dan ingatan membaik secara tiba-tiba.

Diperkirakan 43 persen orang yang mengalami kondisi singkat ini meninggal dalam waktu 24 jam, dan 84 persen dalam waktu seminggu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari Science Direct, pada tahun 2009, peneliti Michael Nahm dan Bruce Greyson menciptakan istilah "terminal lucidity", karena episode 'kesembuhan' ini sering terjadi sesaat sebelum kematian.

Namun tidak semua episode terminal lucidity menunjukkan kematian sudah dekat. Sebuah penelitian menemukan banyak orang dengan demensia stadium lanjut akan menunjukkan gambaran singkat dari diri mereka yang dulu lebih dari enam bulan sebelum kematian.

ADVERTISEMENT

Kondisi ini juga telah dilaporkan pada penyakit lain yang mempengaruhi otak atau kemampuan berpikir, seperti meningitis, skizofrenia, dan pada orang dengan tumor otak atau yang mengalami cedera otak.

Namun penting untuk dicatat bahwa episode kembalinya ingatan ini bersifat sementara dan sayangnya tidak mewakili kesembuhan dari penyakit neurodegeneratif.

Mengapa terminal lucidity terjadi?

Para ilmuwan telah berjuang untuk menjelaskan mengapa terminal lucidity terjadi. Beberapa episode dilaporkan terjadi di hadapan orang yang dicintai. Yang lain melaporkan bahwa musik terkadang dapat meningkatkan kemampuan ingatannya. Namun banyak yang tidak memiliki pemicu yang jelas.

Sebuah tim peneliti dari Universitas New York berspekulasi bahwa perubahan aktivitas otak sebelum kematian dapat menyebabkan kondisi ini. Namun hal tersebut tidak sepenuhnya menjelaskan mengapa orang tiba-tiba memulihkan kemampuan yang dianggap hilang.

Hanya saja terminal lucidity sulit dipelajari. Tidak semua orang dengan demensia stadium lanjut akan mengalami momen tersebut sebelum kematian. Episode jernih juga tidak dapat diprediksi dan biasanya terjadi tanpa pemicu tertentu.

Dan karena kejernihan terminal lucidity menjadi saat yang baik bagi mereka yang menyaksikan episode tersebut, maka tidak etis bagi para ilmuwan untuk menggunakan momen itu untuk melakukan penelitian. Pada saat kematian, sulit juga bagi para ilmuwan untuk mewawancarai perawat tentang momen-momen sadar yang mungkin terjadi.

Penjelasan mengenai terminal lucidity melampaui sains. Momen tersebut mungkin menjadi cara bagi orang yang sekarat untuk mengucapkan selamat tinggal terakhir, mendapatkan penutupan sebelum kematian, dan berhubungan kembali dengan keluarga dan teman. Beberapa orang percaya bahwa episode terminal lucidity mewakili orang yang terhubung dengan kehidupan setelah kematian.

Halaman 2 dari 2
(kna/kna)

Berita Terkait