Fakta-fakta Cuaca Panas di RI yang Bikin 'Gerah', Ternyata Bukan Heatwave

Round Up

Fakta-fakta Cuaca Panas di RI yang Bikin 'Gerah', Ternyata Bukan Heatwave

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Sabtu, 11 Mei 2024 06:51 WIB
Fakta-fakta Cuaca Panas di RI yang Bikin Gerah, Ternyata Bukan Heatwave
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Badan meteorologi, Klimatologi, dan geofisika (BMKG) mengungkapkan alasan di balik cuaca panas yang belakangan ini terjadi di Indonesia. Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, cuaca panas saat ini bukan karena gelombang panas atau heatwave.

Dwikorita mengungkapkan cuaca panas di Indonesia ini adalah suhu panas seperti umumnya. Dari karakteristik dan indikator statistik pengamatan suhu yang dilakukan BMKG, fenomena cuaca panas saat ini tidak bisa dikategorikan sebagai gelombang panas.

"Khusus di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya," ungkap Dwikorita di Jakarta, dikutip dari laman BMKG, Jumat (10/5/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyebab Cuaca Panas di Indonesia

Dwikorita mengatakan kondisi maritim di sekitar Indonesia dengan laut yang hangat dan topografi pegunungan mengakibatkan naiknya gerakan udara.

Kondisi tersebut memungkinkan terjadinya penyanggaan atau buffer kenaikan temperatur secara ekstrem, dengan terjadi banyak hujan yang mendinginkan permukaan secara periodik. Hal inilah yang menyebabkan tidak terjadinya gelombang panas di wilayah Kepulauan Indonesia.

ADVERTISEMENT

Dwikorita menegaskan, suhu panas saat ini adalah dampak dari pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan.

Serupa, ia juga menyebut kondisi 'gerah' yang terjadi belakangan merupakan sesuatu yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau. Itu adalah kombinasi dampak pemanasan permukaan dan kelembaban yang masih relatif tinggi pada periode peralihan ini.

"Periode peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara, kemudian terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari," paparnya.

Kondisi 'Gerah' saat Malam

Tak hanya saat siang hari, saat malam kondisi gerah juga masih terasa. Ini bisa terasa jika langit masih tertutup awan dengan suhu udara, serta kelembapan udara yang tinggi.

Selanjutnya, udara berangsur-angsur akan mulai terasa mendingin kembali, jika hujan mulai turun.

Suhu Panas Tertinggi di Indonesia

Deputi Bidang Klimatologi, Ardhasena Sopaheluwakan menyampaikan suhu udara maksimum tertinggi di Indonesia selama sepekan terakhir tercatat terjadi di Palu 37,8 derajat celcius pada 23 April lalu.

Suhu udara maksimum di atas 36,5 derajat celcius juga tercatat di beberapa wilayah lain, yaitu pada tanggal 21 April di Medan, Sumatera utara yang mencapai 37 derajat celcius, dan di Saumlaki, Maluku mencapai suhu maksimum sebesar 37,8 derajat celcius, serta pada tanggal 23 April di Palu, Sulawesi Tengah mencapai 36,8 derajat celcius.

Berdasarkan hasil pantauan jaringan pengamatan BMKG, kata Ardhasena, hingga awal Mei 2024 menunjukkan bahwa baru sebanyak 8 persen wilayah Indonesia (56 Zona Musim atau ZOM) telah memasuki musim kemarau.

Wilayah yang telah memasuki periode musim kemarau tersebut meliputi sebagian Aceh, sebagian Sumatera Utara, Riau bagian utara, sekitar Pangandaran Jawa Barat, sebagian Sulawesi Tengah dan sebagian Maluku Utara.

Pada periode hingga satu bulan ke depan, terdapat beberapa wilayah yang akan memasuki musim kemarau seperti sebagian Nusa Tenggara, sebagian pulau Jawa, sebagian pulau Sumatera, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Maluku, serta Papua bagian timur dan selatan.

"Meskipun demikian, sekitar 76 persen wilayah Indonesia lainnya (530 ZOM) masih berada pada periode musim hujan," imbuhnya.

NEXT: Suhu panas di Asia hingga imbauan Kemenkes terkait cuaca panas

Gelombang Panas Landa Asia

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Fachri Radjab juga menjelaskan gelombang panas yang terjadi di Asia. Misalnya, Vietnam dilaporkan bahwa suhu maksimum di beberapa bagian utara dan tengah mencapai angka 44 derajat celcius. Sementara itu di Filipina, fenomena gelombang panas menyebabkan pemerintah meliburkan sekolah-sekolah.

Fachri menyebut, serangkaian gelombang panas ini diduga disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, gerakan semu matahari pada akhir April dan awal Mei ini berada di atas lintang 10 derajat Lintang Utara yang bertepatan dengan wilayah-wilayah Asia Tenggara daratan. Hal ini menyebabkan penyinaran matahari sangat terik dan memberikan background kondisi yang panas.

Faktor kedua adalah anomali iklim El Nino 2023/2024. Analisis data historis menunjukkan bahwa saat terjadi El Nino, wilayah Asia Tenggara daratan akan mengalami anomali suhu hingga mencapai 2 derajat di atas normal pada periode Maret-April-Mei.

Sementara faktor ketiga yaitu pengaruh pemanasan global, yang menyebabkan suhu terus meningkat dari tahun ke tahun. Kombinasi ketiga faktor tersebut menyebabkan suhu udara pada April-Mei ini menjadi sangat ekstrem di wilayah Asia Tenggara.

"Mudah-mudahan situasi tersebut tidak terjadi di Indonesia," pungkasnya.

Imbauan Kemenkes

Terkait cuaca panas, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi mengingatkan agar masyarakat waspada kondisi tubuh yang terlalu panas atau heatstroke.

Maka dari itu, Nadia memberikan beberapa cara untuk terhindar dari efek panas ekstrem yang belakangan ini terjadi. Hal utama yang harus dilakukan adalah menjaga tubuh tetap terhidrasi.

Selain itu, masyarakat dianjurkan juga untuk menggunakan pelindung tubuh. Misalnya seperti topi dan pakaian yang tertutup.

"Pastikan jangan sampai kita dehidrasi, pastikan untuk siapapun yang beraktivitas di luar ruangan jangan sampai dehidrasi. Minum minimal 2 liter per hari, kalau bisa setiap satu setengah jam sampai dua jam, itu kita minum air segelas. Terutama mereka yang beraktivitas di luar," jelas Nadia.

"Kemudian gunakan pelindung tubuh, tentunya topi, celana panjang, menggunakan pakaian yang tertutup dan upayakan kalau cuaca sangat panas, kita bisa melakukan aktivitas di tempat yang teduh," sambungnya.

Halaman 3 dari 2


Simak Video "Video: Macam-macam Cara Orang Hadapi Panas Ekstrem di Berbagai Negara"
[Gambas:Video 20detik]
(sao/suc)

Berita Terkait