Diffuse Axonal Injury (DAI): Penyebab, Gejala, dan Penanganan

Diffuse Axonal Injury (DAI): Penyebab, Gejala, dan Penanganan

Azkia Nurfajrina - detikHealth
Senin, 20 Mei 2024 10:34 WIB
Diffuse Axonal Injury (DAI): Penyebab, Gejala, dan Penanganan
Foto: Getty Images/Nikada
Jakarta -

Diffuse Axonal Injury (DAI) adalah salah satu bentuk cedera otak traumatis yang parah tapi umum. Pengidap DAI bisa berujung mengalami koma selama beberapa waktu.

DAI yang dikenal juga dengan cedera aksonal traumatis terjadi ketika kepala mengalami pukulan keras atau sentakan tiba-tiba sehingga menyebabkan kerusakan pada otak. Otak dapat bergeser di dalam tengkorak dan mengakibatkan putusnya serabut saraf akson.

Kejadian tersebut bisa menyebabkan cedera bagian otak, sehingga orang yang menderitanya dapat mengalami gangguan neurologi, koma, bahkan kematian. Simak penyebab, gejala, dan penanganan Diffuse Axonal Injury pada uraian berikut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyebab Diffuse Axonal Injury

Sebagaimana penjelasan sebelumnya yang dikutip dari Healthline, Diffuse Axonal Injury terjadi ketika otak terguncang hebat sehingga otak bergeser di dalam tengkorak dan saraf akson terputus. Dengan begitu, akson menjadi rusak dan mempengaruhi banyak area otak.

Guncangan keras pada otak dapat disebabkan oleh banyak faktor, meliputi: mengalami kecelakaan kendaraan, cedera saat olahraga, kekerasan, dan jatuh tidak sengaja sehingga kepala terbentur.

ADVERTISEMENT

Gejala Diffuse Axonal Injury

Gejala utama Diffuse Axonal Injury yaitu hilangnya kesadaran. Gejala ini dapat berlangsung selama enam jam atau lebih lama. Pada kasus DAI ringan, penderitanya mungkin akan tetap sadar tapi kerusakan otak lain bisa muncul.

Gejala DAI lainnya bisa bervariasi tergantung bagian otak mana yang mengalami kerusakan. Gejalanya, mencakup:

  • Linglung
  • Sakit kepala
  • Mual dan muntah
  • Mengantuk
  • Kesulitan tidur
  • Kelelahan
  • Tidur lebih lama dari biasanya
  • Kehilangan keseimbangan tubuh.

Diagnosis Diffuse Axonal Injury

Untuk mendiagnosis Diffuse Axonal Injury bisa dilakukan diagnosis klinis. Tes seperti MRI otak juga dapat membantu dokter ketika mendiagnosis DAI.

Dokter ahli juga biasa menggunakan klasifikasi DAI yang dicetuskan Adams (1991) berdasarkan gambaran histopatologinya untuk menilai cedera otak ini.

  • DAI ringan (tingkat 1): terlihat kerusakan mikroskopis pada materi putih otak, termasuk perubahan pada korteks serebral, batang otak, dan corpus callosum.
  • DAI sedang (tingkat 2): lesi yang lebih besar muncul di corpus callosum.
  • DAI parah (tingkat 3): tampak lesi yang lebih besar di batang otak dan corpus callosum.

Penanganan Diffuse Axonal Injury

Diffuse Axonal Injury dapat ditangani segera dengan cara mengurangi pembengkakan di dalam otak. Tujuannya untuk menstabilkan kondisi pengidap dan mencegah kerusakan otak yang kian parah.

Pada kasus DAI tertentu, obat-obatan steroid mungkin diberikan untuk mengurangi pembengkakan.

Di sisi lain, tidak ada tindakan operasi yang dapat mengobati pengidap DAI. Jika cedera otaknya parah, kondisi vegetatif atau kematian mungkin terjadi. Bila mengalami DAI ringan-sedang, rehabilitasi bisa dilakukan.

Lagi-lagi tergantung tingkat cedera individunya, rehabilitasi yang diberikan bisa meliputi: terapi wicara, terapi berjalan, maupun fisioterapi lainnya.

Apakah Diffuse Axonal Injury Bisa Sembuh?

Kasus DAI parah dapat menyebabkan kematian dan cacat permanen. Hanya sedikit pengidap DAI parah yang kembali sadar setelah koma panjang. Pengidapnya yang sadar kembali umumnya mengalami masalah jangka panjang dan memerlukan terapi intensif untuk pemulihan.

Pengidap Diffuse Axonal Injury cedera ringan dapat mengalami gegar otak dan kemungkinan bisa pulih total dengan serangkaian rehabilitasi yang diberikan.




(azn/fds)

Berita Terkait