Fakta-fakta Wabah Bakteri Pemakan Daging di Jepang, Pasien Bisa Tewas dalam 48 Jam

Fakta-fakta Wabah Bakteri Pemakan Daging di Jepang, Pasien Bisa Tewas dalam 48 Jam

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Sabtu, 22 Jun 2024 13:18 WIB
Fakta-fakta Wabah Bakteri Pemakan Daging di Jepang, Pasien Bisa Tewas dalam 48 Jam
Warga di Jepang. (Foto: Getty Images/Carl Court)
Jakarta -

Kasus infeksi bakteri 'pemakan daging' yang langka dan mematikan tengah merebak di Jepang. Penyakit Ini bisa menyebabkan pasien meninggal dalam 48 jam.

Menurut laporan yang dirilis Institut Penyakit Menular Nasional di Jepang, di sepanjang tahun ini Jepang telah mencatat setidaknya 1.019 kasus streptococcal toxic shock syndrome atau sindrom syok toksik streptokokus (STSS).

Dikutip dari NBC News, jumlah tersebut merupakan jumlah tertinggi yang pernah ada, lebih besar dari rekor perhitungan tahun lalu yaitu 941 kasus.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa itu infeksi bakteri di Jepang?

Istilah klinis untuk penyakit ini adalah sindrom syok toksik streptokokus (STSS). Menurut NSW Health, ini adalah infeksi yang disebabkan bakteri kelompok A yang memasuki aliran darah atau jaringan dalam.

Bakteri jenis ini biasanya menyebabkan infeksi ringan seperti radang tenggorokan pada anak-anak. Namun, jenis tertentu bisa meningkat dengan cepat dan menyebabkan penyakit streptokokus grup A infasif (iGAS).

ADVERTISEMENT

Dikutip dari laman ABC Net, STSS dianggap sebagai komplikasi iGAS yang dapat berkembang dengan sangat cepat menjadi keadaan darurat yang mengancam jiwa.

Seberapa cepat menyebar di Jepang?

Institut Penyakit Menular Nasional Jepang mengeluarkan pernyataan pada bulan Maret yang memperingatkan bahwa tingkat penyakit menular meningkat. Pada tanggal 2 Juni, kasus STSS yang dilaporkan di Jepang berjumlah sekitar 977.

Angka tersebut lebih besar dibandingkan periode sebelumnya. Jepang mencatat 941 kasus di sepanjang tahun 2023.

Tidak jelas secara pasti mengapa kasus meningkat. Namun, otoritas kesehatan Jepang mengatakan peningkatan infeksi saluran pernapasan berkorelasi dengan pelonggaran kebijakan COVID-19.

Profesor Universitas Kedokteran Wanita Tokyo, Ken Kikuchi, mengatakan kepada lembaga penyiaran nasional Jepang, NHK, bahwa sistem kekebalan masyarakat melemah selama lockdown.

"Kita bisa meningkatkan kekebalan tubuh jika kita terus-menerus terpapar bakteri, tapi mekanisme itu tidak ada selama pandemi virus corona," kata Ken Kikuchi.

"Jadi, kini semakin banyak orang yang rentan terhadap infeksi, dan itu mungkin menjadi salah satu alasan meningkatnya kasus secara tajam," sambungnya.

Bagaimana penyebarannya?

Penyebaran STSS ini masih sulit dijelaskan. Meskipun orang-orang yang memiliki luka terbuka berisiko tinggi tertular STSS, tidak diketahui bagaimana bakteri tersebut bisa masuk ke dalam tubuh hampir separuh orang yang didiagnosis.

Departemen kesehatan NSW mengungkap kelompok yang paling rentan, seperti:

  • Orang lanjut usia
  • Orang dengan gangguan penggunaan alkohol
  • Orang dengan diabetes
  • Orang yang menjalani pengobatan dengan obat antiinflamasi nonsteroid
  • Orang dengan imunodefisiensi

Apa saja gejala STSS?

Gejala awal yang muncul meliputi:

  • Demam dan menggigil
  • Nyeri otot
  • Mual dan muntah

Pada beberapa jenis bakteri dapat menyebabkan gejala yang berkembang dengan cepat. Gejalanya termasuk nyeri dan bengkak pada anggota tubuh, demam, tekanan darah rendah, yang dapat diikuti dengan nekrosis, gangguan pernapasan, kegagalan organ, dan kematian.

Kematian jaringan tubuh, yang juga dikenal sebagai nekrosis, ini adalah asal mula bakteri itu disebut sebagai 'bakteri pemakan daging'.

"Sebagian besar kematian terjadi dalam waktu 48 jam. Begitu seorang pasien menyadari adanya pembengkakan di kaki (mereka) di pagi hari, pembengkakan tersebut akan meluas hingga ke lutut pada siang hari, dan mereka dapat meninggal dalam waktu 48 jam," kata Ken Kikuchi, profesor penyakit menular di Universitas Kedokteran Wanita Tokyo kepada Japan Times.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Merebaknya 'Rokok Zombie' di Jepang, Picu Kejang-Hilang Kesadaran"
[Gambas:Video 20detik]
(sao/suc)

Berita Terkait