Masyarakat sering kali mengira tindakan operasi bedah plastik hanya dilakukan untuk mempercantik diri. Faktanya, bedah plastik terdiri dari dua jenis utama pembedahan plastik yang terdiri dari layanan rekonstruksi dan layanan bedah plastik estetika yang jenis prosedur tindakannya harus dilakukan sesuai anjuran dokter demi mencegah komplikasi yang mungkin dapat terjadi.
Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi & Estetik Royal Dermatology & Aesthetic Centre yang berada di RS Royal Progress Sunter, dr. Qori Haly, SpBP-RE menerangkan rekonstruksi merupakan tindakan pembedahan yang diperlukan untuk mengembalikan jaringan tubuh yang rusak atau hilang akibat trauma/kecelakaan/infeksi/bawaan lahir/luka bakar/luka lainnya. Umumnya bedah plastik rekonstruksi ditujukan kepada orang dengan kondisi sakit/kelainan anggota tubuh tertentu.
Beberapa contoh bedah plastik rekonstruksi dilakukan untuk memperbaiki bagian wajah yang fraktur/patah tulang antara lain akibat trauma wajah, ptosis correction (koreksi otot kelopak mata yang turun), cleft lip /bibir sumbing, serta deviasi septum / hidung miring.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, untuk bedah plastik estetika bertujuan untuk meningkatkan penampilan atau bentuk anggota tubuh agar lebih baik dan harmonis. Biasanya layanan ini dilakukan oleh orang sehat yang ingin melakukan pembedahan demi meningkatkan kepercayaan diri dan kualitas hidup.
Sejumlah contoh bedah plastik estetika antara lain Facelift/operasi tarik wajah untuk mengencangkan jaringan otot dan kulit wajah, Blepharoplasty untuk memperbaiki penampilan kelopak mata agar tampak lebih segar, pembesaran dan pengecilan payudara (Breast Augmentation/Reduction) Liposuction/sedot lemak untuk menghilangkan lemak berlebih pada perut/paha/lengan/dan lainnya, Rhinoplasty (prosedur pada hidung, seperti memancungkan hidung dan merubah bagian hidung) sampai Vaginoplasty yaitu pembedahan untuk rekonstruksi vagina dan Phalloplasty pembedahan untuk rekonstruksi penis.
Meski berbeda tujuan, dr. Qori menegaskan rekonstruksi dan estetika saling berkesinambungan dan tak bisa terpisah satu sama lain. Oleh karena itu, dokter dan pasien harus menjalani rangkaian prosedur yang tepat untuk mencapai hasil yang diharapkan dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Ia menegaskan komplikasi berbeda dengan kegagalan dikarenakan terkadang harapan pasien terhadap proses pembedahan cukup tinggi, sehingga terjadi ketidaksesuaian dengan kondisi yang sebenarnya.
"Pasien tentu ada harapan, tapi ada kenyataan juga. Kadang pasien ada yang merasa puas dan tidak puas. Belum tentu disebut sebagai gagal. Masih bisa berdiskusi dengan dokter, apakah memerlukan operasi tambahan, revisi, atau cukup ditunggu saja," jelas dr. Qori saat dihubungi detikcom beberapa waktu lalu.
"Bicara mengenai kegagalan operasi harus sama persepsinya. Kadang pasien tidak memahami kalau ini komplikasi bukan kegagalan," sambungnya.
Adapun komplikasi pada pembedahan plastik terdiri atas dua jenis, komplikasi cepat (akut) dan komplikasi jangka panjang (kronis).
"Untuk yang akut, bisa ditunggu sampai komplikasi hilang. Biasanya tidak permanen, seperti bengkak, memar, mati rasa/baal, atau ada pergerakan sedikit tertinggal seperti bibirnya miring. Ini gangguan sementara pada saraf," kata dr Qori.
"Ini bisa ditunggu sementara, diberi obat-obatan, atau kita hentikan perdarahan. Dapat kembali seperti semula," imbuhnya.
Sementara itu, komplikasi kronis umumnya membutuhkan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk kembali pulih. Dokter biasanya akan mengevaluasi terlebih dahulu dampak operasi, apakah reversible atau irreversible (bisa dikembalikan atau tidak)
Setelah melakukan pemantauan, dokter bisa melakukan revisi atau operasi tambahan, atau ada kemungkinan juga untuk merujuk tindakannya kepada konsultan bedah plastik yang lebih kompeten.
"Waktu yang ideal untuk mengevaluasi hasil operasi itu baik/tidak pada saat lebih dari 4-6 bulan, karena sudah ada pematangan jaringan, tidak bengkak dan nyeri, bekas luka di kulitnya juga sudah baik dan bentuknya sudah terlihat. Tidak bisa instan dan selalu ada proses penyembuhan yang memerlukan waktu" ujarnya.
Klik halaman selanjutnya: Tips Dokter untuk Jalani Prosedur Bedah Plastik yang Aman >>>
Agar mendapat hasil yang maksimal saat menjalani bedah plastik, dr Qori menyarankan pasien untuk memahami terlebih dahulu pembedahan yang diinginkan. Setelahnya, pasien bisa berkonsultasi ke dokter yang memiliki kompetensi dan sertifikasi yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).
Setelah berkonsultasi, dokter dan pasien harus menyepakati prosedur yang ada dan memiliki rasa saling percaya. Termasuk menyepakati ekspektasi hasil operasi yang tidak selalu berbanding lurus dengan kenyataan karena faktor struktur atau jaringan wajah/tubuh yang berbeda pada setiap orang.
Pasien juga diharapkan jujur mengenai kondisi tubuh, seperti menginformasikan penyakit bawaan (diabetes, hipertensi, jantung, dan lain-lain) demi mencegah komplikasi. Serta memberitahukan pola hidup serta perilaku lain seperti merokok, minum alkohol dan/atau obat-obatan sebagai pertimbangan dokter dalam hal pembiusan dan pengobatan.
"Pasien juga harus mengikuti rekomendasi dan menuruti anjuran dokter. Ada yang tidak sabar habis operasi langsung dibuka (perban) untuk foto-foto, ini bisa membuat bengkak atau memar bahkan perdarahan. Jangan kena terik matahari langsung, jangan kena air dulu di 4-5 hari pertama. Harus benar-benar diikuti anjuran dokter karena itu berdasarkan penelitian. Harus ada kepercayaan antara pasien dan dokter untuk mencapai hasil yang terbaik," tegasnya.
Selain itu, pasien pun harus menerapkan gaya hidup sehat agar hasil operasi lebih maksimal sesuai harapan dan mencegah komplikasi. Pasalnya, bedah plastik bukan sebagai solusi instan namun harus diikuti dengan gaya hidup yang baik.
"Operasi bedah plastik itu jadi awal perubahan hidup yang sehat. Bukan berarti setelah bedah plastik bisa makan dan hidup bebas, justru setelah operasi diharapkan perubahan awal pola hidup yang sehat," tutur dr. Qori.
Untuk menjalani seluruh prosedur yang aman dan nyaman tersebut, pasien kini tak perlu jauh-jauh pergi ke luar negeri yang terkenal dengan layanan bedah plastiknya. Sebab di Indonesia salah satunya ada RS Royal Progress Sunter yang memiliki Royal Dermatology & Aesthetic Centre dengan dokter yang kompeten dan fasilitas yang mumpuni.
"Fasilitasnya lengkap. Kami juga mempunyai dokter spesialis yang cukup lengkap yang dapat mengatasi atau menghindari komplikasi yang terjadi. Secara prosedural juga pasien aman dan nyaman.
Kalau di klinik itu tidak boleh ada pembiusan umum hanya boleh sedasi dan tidak boleh lebih dari 6 jam karena tidak ada fasilitas ICU. Kalau di rumah sakit diperbolehkan karena ada fasilitas yang bisa menangani komplikasi akibat pembiusan lama," terang dr Qori.
"Tindakan bedah plastik baik rekonstruksi dan estetik itu aman dan nyaman apabila dilakukan sesuai prosedur dan oleh tenaga spesialis yang kompeten. Harap berhati-hati memilih dokter dan fasilitas dan yang paling penting enjoy the process. Jangan mau yang instan/cepat, karena proses yang baik menghasilkan hasil yang baik," tandasnya.
Jika Anda membutuhkan pemeriksaan lanjutan, segera konsultasikan dengan dr. Qori Haly, SpBP-RE, Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dari RS Royal Progress / RDAC Sunter.
Simak Video "Natasha Wilona Bantah Lakukan Operasi Plastik"
[Gambas:Video 20detik]
(ncm/ega)











































