BPOM Singapura Bolehkan Makan 16 Serangga, Nasi Lemak Jangkrik Mendadak Diburu?

BPOM Singapura Bolehkan Makan 16 Serangga, Nasi Lemak Jangkrik Mendadak Diburu?

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Jumat, 12 Jul 2024 09:05 WIB
BPOM Singapura Bolehkan Makan 16 Serangga, Nasi Lemak Jangkrik Mendadak Diburu?
Ilustrasi jangkrik. (Foto: Getty Images/Sean Rayford)
Jakarta -

Jejak pendapat Channel News Asia, media Singapura, menunjukkan 80 persen warga di sana enggan mencoba serangga. Survei ini dilakukan menyusul aturan baru Badan Pengawas Pangan Singapura atau Singapore Food Agency (SFA) yang resmi mengizinkan 16 jenis serangga untuk dikonsumsi, dengan pertimbangan kaya nutrisi dan bisa menjadi alternatif daging sebagai sumber protein.

"Aku tidak bisa membayangkannya. Aku skip," kata seorang warganet.

Jajak pendapat tersebut disertai dengan video uji rasa saat komponen ikan bilis atau ikan teri goreng dalam sepiring nasi lemak diganti dengan jangkrik hingga ulat sutera. Beberapa reaksi jijik yang muncul, sebagian besar menggambarkan sulitnya menerima rasa maupun tekstur serangga saat dimakan, bahkan dalam waktu satu hingga tiga detik setelah masuk mulut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apakah minat konsumsi serangga di Singapura bakal meningkat? Asisten Profesor Nalini Puniamoorthy dari Departemen Ilmu Biologi Universitas Nasional Singapura atau National University Singapore (NUS) mengatakan penelitian yang dilakukan saat ini belum cukup untuk memastikan minat serangga di warga Singapura. Namun, ia menyoroti perlunya sumber protein alternatif dan berkelanjutan, mengingat krisis pangan global dan kekhawatiran terhadap perubahan iklim.

Beberapa orang membandingkan rasa serangga yang dapat dimakan dengan makanan laut, sementara yang lain menilai mereka dapat mendeteksi sedikit rasa pahit pada spesies tertentu. Larva juga digambarkan sebagai mentega dan pedas. Seringkali, serangga yang digoreng memberikan rasa renyah, tapi tidak banyak rasa lain, selain bumbu yang digunakan.

ADVERTISEMENT

Seiring semakin terbiasanya selera makan orang Singapura terhadap serangga, dapatkah serangga pada akhirnya beralih dari makanan baru ke makanan lokal yang sangat digemari seperti nasi ayam?

"Saya pikir, pada akhirnya, jika bahan-bahan yang digunakan untuk membuat suatu hidangan bergizi dan lezat orang Singapura dalam diri saya mungkin akan mengantre untuk mendapatkannya," kata Prof Puniamoorthy.

Seberapa besar sih gizinya?

Serangga kaya akan protein, meskipun konsentrasinya bervariasi antar spesies. Satu porsi 100 gram jangkrik umumnya mengandung sekitar 65 gram protein, lebih dari dua kali lipat dalam porsi serupa dada ayam.

Mereka yang tidak menyukai mengonsumsi serangga secara langsung, tetapi ingin mendapatkan khasiatnya, disebut bisa memilih alternatif seperti bubuk protein berbahan serangga yang dapat dimasukkan ke dalam smoothie hingga hidangan lainnya.

"Selain kaya protein, serangga dapat menyediakan beberapa asam lemak bermanfaat seperti omega-3 dan asam lemak tak jenuh lainnya," kata Prof Puniamoorthy.

"Mereka juga bisa menjadi sumber vitamin yang baik, seperti B12 dan riboflavin, serta mineral, seperti zat besi dan seng. Ada juga beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa kitin, yang banyak ditemukan pada serangga, dapat membantu pencernaan dengan sifat antimikroba," ujarnya.

Kitin adalah komponen utama dari banyak kerangka luar serangga. Meskipun serangga biasanya diolah sebagai makanan yang digoreng, ada metode memasak yang lebih sehat tanpa mengurangi teksturnya.

"Ada juga resep lezat yang melibatkan merebus, atau mengukus serangga seperti beondegi atau kepompong ulat sutera di Korea Selatan. Ada juga produk yang hanya menggunakan dehidrasi untuk mengeringkan serangga atau menggiling serangga menjadi bubuk untuk digunakan dalam pembuatan kue atau dimasukkan ke dalam makanan lain."




(naf/naf)

Berita Terkait