Jadi Penyebab Kematian Ke-10 di RI, Begini Cara Cegah Penyakit Ginjal

Jadi Penyebab Kematian Ke-10 di RI, Begini Cara Cegah Penyakit Ginjal

Inkana Putri - detikHealth
Senin, 22 Jul 2024 16:30 WIB
Jadi Penyebab Kematian Ke-10 di RI, Begini Cara Cegah Penyakit Ginjal
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Penyakit ginjal menjadi penyebab kematian ke-10 di Indonesia dengan jumlah kematian lebih dari 42 ribu pertahun. Melansir situs Sehatnegeriku Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jika dilihat berdasarkan karakteristik umur, penyakit ginjal didominasi pada kategori usia di atas 75 tahun (0,6%).

Namun, Kemenkes memaparkan tren penyakit ginjal kronik terlihat mulai bergeser dari yang semula banyak diderita masyarakat usia lanjut menjadi lebih mengarah pada usia yang produktif. Adapun penyakit ini mulai terjadi peningkatan pada usia 35 tahun ke atas. Lantas, apa sebenarnya yang menjadi faktor penyebab penyakit ginjal muncul?

Penyebab Penyakit Ginjal

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip WebMD, penyakit ginjal terjadi saat adanya kerusakan atau kelainan pada fungsi ginjal. Penyakit ginjal dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk membersihkan darah, menyaring kelebihan air dari darah, dan membantu mengontrol tekanan darah.

Ketika ginjal rusak, produk limbah dan cairan dapat menumpuk di tubuh sehingga menyebabkan pembengkakan di pergelangan kaki, mual, lemas, kurang tidur, dan sesak napas.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan situs Sehatnegeriku Kemenkes, penyakit ginjal bisa disebabkan oleh berbagai hal. Misalnya infeksi, tumor, kelainan bawaan, penyakit metabolik atau degeneratif, dan lain-lain. Penyakit Ginjal kronis, biasanya timbul secara perlahan dan sifatnya menahun.

Cara Jaga Kesehatan Ginjal

Penyakit ginjal tentu dapat mengintai siapa pun. Untuk itu, masyarakat perlu mewaspadai penyakit tersebut dengan melakukan pencegahan sedini mungkin dan mengenali ciri-ciri dari penyakit ginjal. Berikut sejumlah cara untuk mencegah penyakit ginjal yang dilansir dari berbagai sumber:

1. Rajin Olahraga

Olahraga secara teratur dinilai dapat menurunkan risiko penyakit ginjal kronis. Pasalnya, olahraga dapat mengurangi tekanan darah dan meningkatkan kesehatan jantung, di mana keduanya penting untuk mencegah kerusakan ginjal. Adapun olahraga yang dilakukan tentunya tak perlu berat. Lakukanlah olahraga ringan seperti jalan kaki, lari atau bersepeda secara rutin.

2. Jaga Kadar Gula Darah

Kadar gula darah yang tinggi berisiko menyebabkan kerusakan pada ginjal. Sebab, ketika sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa dalam darah, ginjal akan dipaksa untuk bekerja ekstra keras dalam menyaring darah. Jika terus dibiarkan, hal ini dapat menyebabkan kerusakan ginjal, bahkan bisa mengancam jiwa.

Untuk itu, penting untuk menjaga kadar gula darah dengan menjaga pola makan sehat dan mengatur porsi makan. Sebaiknya, hindari makanan dengan kadar gula tinggi, makanan tinggi lemak dan kalori, serta membatasi sumber karbohidrat sederhana. Hindari juga makanan dan minuman olahan, terutama makanan cepat saji (fast food).

3. Cukupi Kebutuhan Air Putih

Asupan air yang cukup sangat penting bagi kesehatan ginjal serta menjaga tubuh tetap terhidrasi. Pasalnya, air dapat membantu membersihkan natrium dan racun dari ginjal. Usahakan untuk minum 8-10 gelas air dalam sehari untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuh.

4. Hindari Senyawa BPA

Bisphenol A atau dikenal BPA, merupakan senyawa kimia yang biasanya terdapat pada wadah makanan dan minuman plastik berbasis polikarbonat. Jika terpapar di dalam tubuh, BPA berpotensi memicu seseorang untuk terserang penyakit, termasuk penyakit ginjal.

Sebuah studi yang dilakukan Universidad de Alcalá, Department of Biological Systems/Physiology Spain (2021) melihat adanya hubungannya paparan BPA terhadap penyakit kronis ginjal.

Studi tersebut menunjukkan konsentrasi tinggi BPA dalam darah berisiko lebih besar untuk menimbulkan penyakit ginjal, terutama pada orang yang memiliki kondisi patologis seperti diabetes dan darah tinggi.

Sementara, studi lain yang dilakukan oleh Renal, Vascular and Diabetes Research Laboratory, Spain (2018) menunjukkan BPA menyebabkan cedera mitokondria, stres oksidatif, dan kematian apoptosis pada sel tubulus. Hasilnya, BPA dapat berkontribusi pada perkembangan penyakit ginjal kronis.

Bahaya BPA saat ini memang tengah menjadi urgensi sejumlah pihak. Dalam hal ini, BPA yang terdapat di dalam tubuh dapat mempengaruhi sistem endokrin dengan cara meniru efek dari molekul estrogen (studi literatur oleh School of Medicine and Health Sciences, Catholic University of Valencia San Vicente Mártir, Spain, 2021).

Diketahui, sistem endokrin merupakan jaringan kelenjar yang memproduksi dan melepaskan hormon, yang dapat membantu mengontrol banyak fungsi penting. Hal ini termasuk mengubah kalori menjadi energi yang digunakan untuk menjalankan fungsi seluruh sel dan organ tubuh. Dengan begitu, jika sistem ini terganggu maka dapat berdampak terhadap fungsi organ lainnya.

Maraknya bahaya BPA terhadap kesehatan tubuh pun ini menjadi urgensi sejumlah pihak. Melansir CNBC Indonesia, sejumlah negara pun telah melarang penggunaan BPA untuk kemasan makanan dan minuman yakni, Kanada, Amerika Serikat, Denmark, Malaysia, China dan negara lainnya.Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menerbitkan perubahan aturan terkait label pangan olahan berdasarkan kajian risiko Bisfenol A (BPA) pada air minum dalam kemasan (AMDK).




(anl/ega)

Berita Terkait