Rifda Irfanaluthfi, pesenam Indonesia harus mengakhiri kiprahnya di Olimpiade 2024 Paris. Hal ini karena cedera di bagian meniscus, juga anterior cruciate ligament (ACL) yang belum dioperasi.
"Rasanya berat banget karena untuk bisa sampai di Olimpiade ini perjalanannya tidak mudah dan panjang sekali. Latihan keras dengan menahan rasa sakit, up and downs rasanya berat banget. Saya berharap bisa tampil di empat alat, tapi cedera lagi, dari nol lagi, bisa 3 alat lagi cedera lagi, sampai tampil di palang bertingkat saja tadi," kata Rifda Irfanaluthfi, dikutip dari detikSport.
Diketahui, Rifda sempat menjalani operasi di bagian meniskus setelah tampil di World Championship. Namun, cedera ACL Rifda masih belum dioperasi, hal ini agar dirinya bisa tampil di Olimpiade 2024.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rifda terpaksa harus menahan rasa sakit dan menunda operasi ACL-nya hanya untuk bisa tampil di Olimpiade. Sehingga, dirinya hanya menjalani rehabilitasi, terapi, penguatan otot, dan latihan seperti biasa.
"Saya mau merasakan vibes Olimpiade dulu. Mungkin saya operasi, mungkin juga tidak. Apa saya mau pensiun atau mau lanjut jadi atlet," ujar Rifda Irfanaluthfi.
Apakah Cedera ACL Wajib Dioperasi?
Cedera ACL (anterior cruciate ligament) merupakan salah satu momok yang kerap menghantui para atlet dengan olahraga yang sarat akan kontak fisik. Kondisi ini terjadi karena ada kerusakan di ligamen utama di bagian dalam lutut.
Dikutip dari Mayo Clinic, 'Cedera ACL' ada kondisi di mana adanya peregangan, robekan, atau putusnya anterior cruciate ligament, salah satu jaringan kuat yang menghubungkan tulang paha (femur) ke tulang kering (tibia). Mereka yang mengalami kondisi ini, akan terjadi tanda seperti lutut mungkin akan membengkak, terasa tidak stabil, dan nyeri saat menahan beban
Spesialis bedah ortopedi dan traumatologi dr Andri Lubis, Sp. OT(K) dari Rumah Sakit Siloam Mampang mengatakan tidak semua cedera ligamen, baik itu ACL, posterior cruciate ligamen (PCL) atau lateral ligamen harus dioperasi untuk mendapatkan kesembuhan. Hal ini tergantung dengan grade dari cedera tersebut.
"Cedera pada ligamen itu ada grading-nya. Kalau grade 1 atau 2 itu namanya incomplete rupture dan tidak selalu diperlukan operasi. Jadi memang harus diperiksa stabilitasnya, apakah lututnya stabil atau tidak," ujar dr Andri kepada detikcom, Selasa (30/7/2024).
Pertolongan non-operatif ini bisa meliputi RICE, yakni rest, ice, compression, dan elevation. Selain itu ada penguatan otot-otot di sekitar lutut. Latihan penguatan ini dilakukan agar lutut bisa lebih stabil.
dr Andri menambahkan, jika seseorang mengalami cedera ACL grade 3 maka diperlukan rekonstruksi ligamen. Sehingga, harus masuk ke ruang operasi.
"Kalau grade 3 artinya dia (ligamen) putus total. Dilakukan pemeriksaan anterior lachman dan kalau complete rupture ACL supaya seorang atlet tampil optimal maka diperlukan rekonstruksi ACL (operasi)," kata dr Andri.
"Apakah complete rupture ACL bisa tanpa operasi? Ya dia akan kurang stabil. ACL yang sudah putus atau komplet putus dia (ligamen) nggak bisa nyambung sendiri," tutupnya.
(dpy/kna)











































