Kata Psikolog soal 'Tone Deaf', Istilah yang Viral di Media Sosial

Kata Psikolog soal 'Tone Deaf', Istilah yang Viral di Media Sosial

Suci Risanti Rahmadania - detikHealth
Jumat, 23 Agu 2024 11:01 WIB
Kata Psikolog soal Tone Deaf, Istilah yang Viral di Media Sosial
Ilustrasi media sosial (Foto: Ilustrasi media sosial (Getty Images/bombuscreative))
Jakarta -

Istilah 'tone deaf' kembali viral di media sosial. Ramainya istilah tone deaf ini berawal dari aksi demo 'Darurat Indonesia' untuk menolak pengesahan revisi UU Pilkada di banyak wilayah di Indonesia.

Mengenai istilah yang viral, psikolog klinis Ella Titis Wahyuniansari mengatakan secara harfiah 'tone deaf' berarti tuli nada atau dalam dunia musik adalah mereka yang sulit untuk membedakan atau menyanyikan nada secara tepat.

Dalam arti lain, lanjut Ella, tone deaf juga bisa berarti seseorang yang tidak peduli dan tidak ingin mendengar tentang apa yang sedang terjadi di sekitarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dia tuh nggak peduli, dia juga tidak mau tahu perasaan orang lain itu gimana. Tone deaf itu memang bentuk perilaku," ujar Ella saat dihubungi detikcom. Kamis (22/8/2024).

Ella menambahkan, mereka yang abai dan tidak peduli akan sekitar merupakan golongan yang bisa dikategorikan tone deaf. Mereka yang tone deaf menurut Ella memiliki rasa empati yang rendah sehingga tidak peduli dengan perasaan orang lain.

ADVERTISEMENT

"Tapi poinnya itu ketika dia tidak lagi peduli dengan perasaan orang lain, nah itu tone deaf," katanya.

Apakah Tone Deaf Bisa Ganggu Psikologis Seseorang?

Mereka yang tidak sadar jika dirinya tone deaf atau justru memilih untuk tidak peduli terhadap perasaan orang lain tentu akan memicu gangguan psikis ke depannya.

"Ketika saya tidak peduli dengan lingkungan, saya mengacau dan apa sebagainya. Kemudian itu membuat saya terhambat dalam lingkungan, maka itu akan menjadi permasalahan psikis. Perilaku saya tidak bisa diterima masyarakat," tutur Ella.

NEXT: Bagaimana Agar Tidak lagi Menjadi Tone Deaf?

Seseorang yang merasa bahwa dirinya tone deaf, menurut Ella harus segera mengubah perilakunya. Hal ini bisa dimulai dengan perlahan-lahan menumbuhkan rasa empati dengan cara membuka diri.

"Kita harus bisa mulai membuka telinga, membuka mata, melatih diri kita bahwa orang lain itu juga punya perasaan. Kita mulai membentuk empati," kata Ella.

Selain itu, mereka yang menyadari bahwa dirinya memiliki sifat tone deaf disarankan oleh Ella untuk mulai menempatkan dirinya bila berada di posisi orang lain.

"Kalau misalnya saya ada di posisi dia, mau nggak sih saya diperlakukan seperti ini, sehingga kita akan bisa berpikir sebelum kita melakukan tindakan," tutupnya.

Halaman 2 dari 2
(suc/suc)

Berita Terkait