Dinas Kesehatan DKI Jakarta akan mulai menyebar telur nyamuk berwolbachia di Jakarta Barat 4 Oktober mendatang, tepatnya di RW 07, Kembangan, pasca Kementerian Kesehatan RI menandatangani MoU dengan Walikota Jakbar dalam periode yang sama.
Kadinkes DKI Ani Ruspitawati menekankan efek dari strategi nyamuk berwolbachia tidak lantas bisa terlihat dalam waktu singkat. Dibutuhkan dominasi nyamuk berwolbachia hingga 60 persen pada suatu wilayah.
"Jadi memang butuh waktu sejak awal dirilis. Akan dirasakan setelah dua tahun, karena ini sering juga ada pertanyaan setelah disebar telur nyamuk, kok DBD masih tinggi?" beber Ani dalam konferensi pers Rabu (25/9/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dua tahun kemudian kita sudah akan mendapatkan manfaatnya seperti di wilayah sebelumnya," lanjut dia.
dr Riris Andono Ahmad, MPH, Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada menyebut penyebaran nyamuk berwolbachia dilakukan di satu wilayah dengan jarak antar rumah setiap 50 meter. Ember berisi nyamuk berwolbachia tersebut rutin diganti setiap dua pekan sekali.
"Kenapa dua minggu sekali? Karena waktu yang dibutuhkan untuk menetas sampai dewasa itu dibutuhkan selama dua minggu, dan untuk mencapai enam sampai 60 persen populasi nyamuk berwolbachia, perlu kira-kira 12 kali periode pelepasan, dalam 6 bulan," tuturnya.
"Itu yang akan Dinkes lakukan," pungkasnya.
(naf/up)











































