800 Ember Telur Nyamuk Berwolbachia Bakal Disebar Pekan Depan di Jakbar

800 Ember Telur Nyamuk Berwolbachia Bakal Disebar Pekan Depan di Jakbar

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Kamis, 26 Sep 2024 06:30 WIB
800 Ember Telur Nyamuk Berwolbachia Bakal Disebar Pekan Depan di Jakbar
Foto: Getty Images/iStockphoto/Noppharat05081977
Jakarta -

Sempat 'molor' dari target semula, Dinas Kesehatan DKI Jakarta akhirnya melepaskan telur nyamuk berwolbachia di Jakarta Barat. Jakbar menjadi salah satu dari lima kota yang masuk dalam pilot project wolbachia untuk menekan kasus demam berdarah dengue (DBD) berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1341 Tahun 2022.

Pelaksanaan pertama dilakukan di RW 07 Kembangan, Jakbar, pada Jumat (4/10/2024). Kepala Dinkes DKI Ani Ruspitawati menyebut lebih dari 70 persen masyarakat di Jakbar saat ini sudah menerima penyebaran nyamuk berwolbachia di lingkungan sekitar rumah mereka.

Dinkes DKI menyediakan 1.474 ember berisi telur nyamuk berwolbachia untuk disebar ke sejumlah RW. Sejauh ini, ada 800 di antaranya yang mengaku siap menjadi orang tua asuh (OTA). OTA didefinisikan kepada mereka yang sukarela memantau dan menjaga telur nyamuk berwolbachia tidak terganggu, sampai akhirnya menetas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyebaran nyamuk berwolbachia tidak lantas menghilangkan strategi penanganan kasus DBD lain termasuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN) hingga anjuran 3M yakni menguras, menutup, dan mengubur. Ditegaskan Ani, strategi ini sebagai pelengkap siasat pemerintah menekan kasus di DKI yang konsisten tercatat lebih dari 12 ribu sepanjang 2024.

"Tahap pelaksanaan, mulai dengan ada MoU, antara kemenkes dengan walikota Jakbar, pada 4 Oktober, yang kemudian diikuti dengan rilis pertama di wilayah Kembangan, rencananya dilakukan di RW 7 Kecamatan Kembangan, Jakbar," beber Ani dalam konferensi pers Rabu (25/9/2024).

ADVERTISEMENT

Efektivitas Strategi Wolbachia Setara Vaksin?

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada dr Riris Andono Ahmad, MPH, menyebut efek nyamuk berwolbachia untuk kasus DBD sama efektifnya dengan vaksinasi.

Bahkan, dalam jangka waktu panjang, wolbachia bisa memutus penularan kasus DBD. Terlebih, saat 60 persen populasi nyamuk sudah didominasi nyamuk berwolbachia.

"Kalau kemudian hampir seluruh populasi nyamuk ada wolbachia, ibaratnya itu seperti COVID-19, ada herd immunity, ini juga ada, populasi nyamuk-nya tadi jadi tidak bisa menularkan, berkurang kemampuan menularnya virus ini," terang dr Riris.

dr Riris bercerita strategi wolbachia efektif menekan kasus DBD di Yogyakarta hingga 77 persen. Bahkan, penurunan kasus rawat inap tercatat lebih tinggi hingga 86 persen dibandingkan periode sebelum pelepasan telur nyamuk berwolbachia.

Menurutnya, hal ini juga menguntungkan dalam sistem beban pembiayaan pasien DBD. Minimnya kasus rawat inap, bisa mengalokasikan dana kesehatan kepada kebutuhan lain.

"Efektivitas dari teknologi wolbachia itu comparable atau sama dengan dari vaksin dengue tetapi yang jadi nilai tambah dari teknologi ini adalah bahwa teknologi ini memberikan proteksi jangka panjang, karena kita hanya melakukan intervensi satu kali saja, kalau vaksin kita harus dari waktu ke waktu," sambungnya.

Haruskah Khawatir?

Banyak anggapan strategi wolbachia malah merugikan dari sisi kesehatan, termasuk kekhawatiran mutasi nyamuk dan dampak buruk lain. dr Riris mengklaim sudah ada sejumlah riset yang melibatkan para pakar terkait risiko termasuk di lingkungan.

"Mereka mengidentifikasi kemungkinan dampak buruk tapi setelah melihat berbagai macam sumber informasi referensi dan juga expert, kesimpulannya adalah negotiable risk, level risiko paling rendah yang sama dengan seperti risiko sehari-hari, kalaupun ada risiko bisa kita abaikan untuk tidak perlu khawatir, jadi dari sisi epidemiologi, ekologi, serangga, menganggap bahwa risikonya itu bisa kita abaikan," lanjutnya.

Bagaimana Pemberian Ember Telur Nyamuk Berwolbachia?

dr Riris menyebut penyebaran nyamuk berwolbachia dilakukan di satu wilayah dengan jarak antar rumah setiap 50 meter. Ember berisi nyamuk berwolbachia tersebut rutin diganti setiap dua pekan sekali.

"Kenapa dua minggu sekali? Karena waktu yang dibutuhkan untuk menetas sampai dewasa itu dibutuhkan selama dua minggu, dan untuk mencapai sampai 60 persen populasi nyamuk berwolbachia, perlu kira-kira 12 kali periode pelepasan, dalam 6 bulan," tuturnya.

"Itu yang akan Dinkes lakukan," lanjut dia.

Ada Berapa yang Disebar?

Kekhawatiran lain yang juga muncul adalah anggapan penyebaran nyamuk berwolbachia malah akan menambah populasi nyamuk. Disebut-sebut total sebaran telur nyamuk berwolbachia juga mencapai jutaan, faktanya tidak demikian.

Jumlah telur nyamuk berwolbachia dalam satu ember umumnya bervariasi. "Tapi bisa 150 sampai 500. Umumnya yang kita gunakan saat ini sekitar 350 telur dalam satu ember, yang kemungkinan keberhasilan menetasnya hanya 80 persen dari total telur," sebut dr Riris.

Dengan beragam faktor lingkungan dan hal lain, dr Riris menyebut kemungkinan hanya ada enam nyamuk berwolbachia di setiap per meter persegi.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Kemenkes Catat 131 Ribu Kasus DBD Sepanjang 2025"
[Gambas:Video 20detik]
(naf/kna)

Berita Terkait