Uji Klinis di RI Makin Turun Tiap Tahun, Kalah Jauh dari Singapura-Thailand

Uji Klinis di RI Makin Turun Tiap Tahun, Kalah Jauh dari Singapura-Thailand

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Rabu, 16 Okt 2024 13:30 WIB
Uji Klinis di RI Makin Turun Tiap Tahun, Kalah Jauh dari Singapura-Thailand
Foto: Getty Images/Sean Anthony Eddy
Jakarta -

Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Lucia Rizka Andalusia menyebut jumlah uji klinis pengobatan maupun vaksinasi di Indonesia malah semakin menurun setiap tahun. Tingginya insiden kasus beban penyakit kanker, kardiovaskular, masalah pernapasan, dan mental tidak membuat Indonesia berkontribusi besar pada riset global.

Berbanding terbalik dengan laporan di negara lain. "Kalau kita lihat Vietnam, meski beban kasusnya tidak setinggi Indonesia, tetapi dia memiliki uji klinis jauh lebih besar dari Indonesia," tutur Rizka di kawasan Jakarta Pusat, Rabu (16/10/2024).

Rendahnya riset di Indonesia disebut Rizka berkaitan dengan regulasi dan birokrasi yang berkelit, sehingga menghambat proses uji klinis. Hal ini juga berpengaruh pada minimnya inovasi obat dalam negeri dan produksi bahan baku obat mandiri. Ketergantungan Indonesia dengan bahan baku impor bahkan masih di angka 80 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Azhar Jaya ikut mengakui kekalahan Indonesia dengan negara tetangga dalam hal uji klinis.

"Jangankan dengan Eropa, negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, Singapura, saja kita masih di bawah mereka."

ADVERTISEMENT

"Akibatnya apa? Presentasi obat inovatif yang diluncurkan di negara kita juga jauh di bawah mereka," tandas dia.

Berikut perbandingan jumlah uji klinis Indonesia dengan negara tetangga:

  • Singapura: 1.057 uji klinis
  • Thailand: 1.052
  • Malaysia: 808
  • Indonesia: 632

Perbandingan persentase obat inovatif:

  • Negara G20 secara rata-rata di atas 30 persen
  • India: 17 persen
  • Afrika Selatan: 16 persen
  • Indonesia: 9 persen

"Dan ini tentu saja menjadi suatu pertanyaan, karena berdasarkan IQVIA, Indonesia ini menjadi salah satu dari 10 negara terbesar yang punya potensi melaksanakan uji klinis. Karena apa? Kita punya populasi 280 juta jiwa, Singapura cuma 5 juta jiwa. Dari keanekaragaman hayati kita luar biasa besar, kita punya ras melanesoid di Papua sana, kita punya ras Melayu, ras China, semua ada di Indonesia. Jadi kalau datang ke Indonesia bisa dapat semuanya," tandas dia.

"Kalau cari penyakit ke Indonesia, kalau nyari TBC di Singapura susah, di Indonesia seabrek-abrek," sebut Azhar.




(naf/kna)

Berita Terkait