Awas! Pakai Obat Steroid Biar Anak Gemuk Tak Bikin Sehat, Bisa Diabetes-Hipertensi

Awas! Pakai Obat Steroid Biar Anak Gemuk Tak Bikin Sehat, Bisa Diabetes-Hipertensi

Averus Kautsar - detikHealth
Jumat, 18 Okt 2024 09:00 WIB
Awas! Pakai Obat Steroid Biar Anak Gemuk Tak Bikin Sehat, Bisa Diabetes-Hipertensi
Foto: Instagram @linggra.k
Jakarta -

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) buka suara terkait penyalahgunaan steroid jenis kortikosteroid yang disalahgunakan sebagai penggemuk badan. Sebelumnya, viral seorang pengasuh ketahuan mencekoki anak yang diasuhnya dengan dexamethasone, salah satu jenis kortikosteroid.

Obat tersebut diberi oleh pengasuh dengan harapan nafsu anak bisa meningkat dan berat badannya bisa bertambah dengan lebih cepat. Pemberian kortikosteroid secara sembarangan nyatanya justru berbahaya untuk anak.

Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrin IDAI Dr dr Agustini Utari, SpA(K) menjelaskan efek samping jangka panjang pemberian kortikosteroid pada anak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Salah satu efek sampingnya yang bisa terjadi itu adalah peningkatan berat badan pipinya tembem, disebutnya moon face atau puffy face. Jadi pipinya nanti akan kelihatan gemuk," kata dr Agustini dalam konferensi pers, Kamis (17/10/2024).

Efek samping lain yang dapat dipicu dari penggunaan steroid jangka panjang adalah membuat anak menjadi lebih mood swing dan mengalami gangguan tidur. Dalam beberapa kasus, anak juga dapat mengalami peningkatan tekanan darah dan gula darah.

ADVERTISEMENT

Hal ini akhirnya dapat mengarah ke masalah diabetes, hipertensi, hingga kekebalan tubuh yang melemah.

"Pertumbuhan juga jadi terhambat. Akibatnya tulangnya ini tidak bisa bertambah panjang begitu, jadi akan terjadi hambatan pertumbuhan. Anak terlihat gemuk tapi pendek, karena dia tidak bisa tumbuh dalam jangka lama diberikan steroid ini," jelasnya.

Ketika anak sudah diberi kortikosteroid jangka panjang, penghentian secara langsung tidak bisa dilakukan. Proses penghentian kortikosteroid harus dilakukan secara bertahap dan harus berada dalam pengawasan dokter.

Ini berkaitan dengan risiko insufisiensi adrenal, kondisi ketika tidak dapat lagi memproduksi hormon adrenal dalam tubuh. Ini terjadi akibat penggunaan kortikosteroid tersebut.

dr Agustini menjelaskan kortikosteroid sebenarnya dibutuhkan dalam kondisi-kondisi medis tertentu. Umumnya obat jenis ini digunakan sebagai anti-peradangan serta pengganti hormon kortisol pada pasien yang tidak bisa memproduksinya sendiri dalam tubuh.

"Ada kondisi medis tertentu yang membutuhkan misalnya yang dari lahir adrenalnya tidak berfungsi dengan baik, karena mutasi genetik misalnya hiperplasia adrenal kongenital. Akibat nggak punya kortisol dia membutuhkan obat ini seumur hidup," kata dr Agustini.

"Kemudian pada reaksi-reaksi alergi yang berat, kemudian misal pada asma, peradangan hebat, penyakit-penyakit autoimun, bahkan bermanfaat juga untuk mencegah penolakan jaringan ya pada transplantasi organ, dan pada beberapa kondisi keganasan misal leukemia pada anak itu juga menggunakan steroid," tandasnya.




(avk/naf)

Berita Terkait