Ikan Kaleng Diusulkan untuk Makan Bergizi Gratis, Kenapa Nggak Ikan Segar?

Ikan Kaleng Diusulkan untuk Makan Bergizi Gratis, Kenapa Nggak Ikan Segar?

Suci Risanti Rahmadania - detikHealth
Kamis, 14 Nov 2024 06:02 WIB
Ikan Kaleng Diusulkan untuk Makan Bergizi Gratis, Kenapa Nggak Ikan Segar?
Ilustrasi Makan Bergizi Gratis (Foto: Andhika Prasetia)
Jakarta -

Belakangan ramai dibicarakan terkait ikan kaleng diusulkan ke dalam menu Makan Bergizi Gratis (MBG) program pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Program MBG menggunakan ikan kaleng awalnya diusulkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Alasannya, ikan kaleng memiliki kandungan protein yang mencukupi. Namun tak sedikit yang bertanya mengapa tak menggunakan ikan segar langsung lantaran tak melewati proses pengawetan seperti ikan kaleng.

Apa alasannya?

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, Budi Sulistyo mengatakan, usulan penggunaan ikan kaleng karena ikan segar tak selalu tersedia di beberapa daerah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, daerah yang jauh dari pesisir pantai terkadang sulit untuk mendapatkan ikan segar. Sementara dengan ikan kaleng, distribusinya bisa lebih merata pada masyarakat.

"Kalau bahan bakunya itu kita di pantai, di pesisir, itu kan dekat dengan ikan segar," jelas Budi kepada wartawan, Selasa (12/11/2024).

ADVERTISEMENT

Tak hanya itu, Budi mengungkapkan untuk volume pengadaan ikan yang besar, distribusi produk laut segar juga memerlukan pendingin (cold storage).

"Namun ketika mulai ke arah daratan, bahan baku tingkat rantai dinginnya belum terbangun, maka ikan kaleng itu salah satu solusi," jelas Budi.



Budi juga menyampaikan bahwa KKP berkomitmen untuk meningkatkan edukasi publik mengenai ikan kaleng, termasuk menjelaskan bahwa produk olahan ikan kaleng yang memenuhi standar SNI aman dikonsumsi.

Pihaknya menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat untuk menghilangkan stigma bahwa ikan kaleng tidak sebaik ikan segar, terutama di dapur-dapur dan pengolah makanan.

"Kami akan sosialisasi tentang olahan yang sudah memenuhi standar-standar SNI, itu layak konsumsi, Ini adalah satu hal yang sebetulnya menjadi langkah kami ketika kita harus melakukan edukasi kepada (masyarakat)," ucapnya.

NEXT: Wanti-wanti dokter gizi

Dokter spesialis gizi dr Johanes Chandrawinata, SpGK mengatakan ikan kaleng umumnya dikemas dalam kaleng kedap udara dan diproses dengan pemanasan. Pengalengan adalah metode pengawetan makanan yang mampu menjaga kualitas makanan dalam jangka waktu tertentu.

"Derajat keasaman ikan rendah sehingga mikroba dapat berkembangbiak. Hal ini mengharuskan ikan disterilisasi pada suhu 116-130 °C. Suhu tinggi ini dicapai dengan memasak di bawah tekanan tinggi (pressurized cooking)," imbuhnya saat dihubungi detikcom, Selasa (13/11/2024).

Menurutnya kemasan kaleng mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam ikan yang telah disterilisasi. Selama kalengnya utuh dan tak rusak, maka ikan di dalamnya masih steril.

Gizi Ikan Kaleng

dr Johanes menjelaskan gizi dari ikan kaleng tergantung pada cara masak atau proses pengawetan terhadap ikan tersebut. Apabila ikan kaleng dimasak dengan air (spring water), kandungan gizinya sama dengan ikan segar matang.

"Kecuali bila ada tambahan garam. Bila dimasak dengan minyak, kalori ikan kaleng akan meningkat," sambungnya.

Sementara dari risikonya, dr Johanes mengatakan apabila pengemasan kaleng tersebut tak benar atau rusak, ada potensi bakteri clostridium botulinum berkembang biak.

"Clostridium botulinum sehingga bila dikonsumsi akan muncul botulisme yang dapat mengancam nyawa," imbuhnya lagi.

Apabila ingin mengonsumsi ikan kaleng, kata dr Johanes, sebaiknya pilih kaleng yang tak penyok, belum kadaluwarsa, hingga rendah garam dan lemak untuk mencegah risiko kesehatan.

Halaman 3 dari 2
(suc/up)

Berita Terkait