Kata Dokter Gizi soal Menu Makan Bergizi Gratis Tanpa Susu

Kata Dokter Gizi soal Menu Makan Bergizi Gratis Tanpa Susu

Devandra Abi Prasetyo - detikHealth
Senin, 06 Jan 2025 16:30 WIB
Flexible drinking straws in transparent plastic packaging usually come with UHT milk packaging
Foto: Getty Images/iStockphoto/Wachiwit
Jakarta -

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) serentak dilaksanakan di 26 provinsi per hari ini, Senin (6/1/2025). Menu makanan yang disajikan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) pun beragam, namun di beberapa wilayah tidak disediakan susu sapi sebagai variasi protein.

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi mengatakan bahwa susu bukanlah salah satu menu wajib yang ada di porsi makan bergizi gratis. Tetapi, pemerintah tetap akan memberikan tambahan susu, tetapi tidak setiap hari.

"Ada susu, tapi kan nggak setiap hari. Ada yang seminggu sekali, ada yang dua kali seminggu," ujar Hasan Nasbi, di SD Negeri Kedung Badak Kota Bogor, Senin (6/1/2025).

Lalu, apakah memang susu menjadi alternatif protein yang memang wajib ada di setiap menu makan anak?

Menjawab hal ini, spesialis gizi klinik dr Putri Sakti, MGizi, SpGK, AIFO-K, CBCFF mengatakan sebenarnya susu merupakan variasi protein yang tidak wajib ada. Pasalnya, susu bisa saja digantikan dengan beragam sumber protein lain.

ADVERTISEMENT

"Susu memang menjadi salah satu sumber protein yang bisa menjadi variasi protein pilihan, tapi sekali lagi di atas dua tahun susu tidak lagi wajib dikonsumsi anak-anak," kata dr Putri saat dihubungi detikcom, Senin (6/1/2025).

dr Putri menambahkan bahwa dengan budget Rp10.000 yang telah ditetapkan pemerintah, sebenarnya anak-anak sudah bisa mendapatkan menu makanan dengan nutrisi seimbang. Dengan catatan, pemerintah harus benar-benar mengoptimalkan produk-produk lokal yang ada.

"Dengan budget Rp10 ribu sampai Rp15 ribu asalkan pemerintah bisa mengoptimalkan menggunakan produk lokal yang sehat dan murah meriah. Tapi dengan catatan harus divariasikan," kata dr Putri.

"Contohnya untuk karbohidratnya kadang nasi, kadang olahan jagung, atau bihun dari beras putih. Protein bisa dari ikan, besoknya ayam, telur, atau cari yang paling murah meriah," sambungnya.

Seperti yang diketahui, di masing-masing daerah tentu memiliki makanan bergizi khas, sehingga hal ini bisa dimanfaatkan untuk bisa membuat menu makan yang seimbang.

"Tergantung olahan lokal masing-masing ya, sehingga anak-anak tersebut lebih familiar dengan lidah mereka, gaya olahannya, dan rasa bumbu-bumbunya," katanya.

"Kalau secara umum bisa ayam ditumis, kemudian sayurnya gabungan wortel dengan buncis yang murah meriah. Karbohidratnya bisa nasi, buahnya misalkan pisang atau jeruk. Ditambah proteinnya tahu atau tempe," tutupnya.




(dpy/kna)