Awas! Kesepian Bisa Tingkatkan Risiko Kena Pikun, Begini Temuan Studi

Awas! Kesepian Bisa Tingkatkan Risiko Kena Pikun, Begini Temuan Studi

Averus Kautsar - detikHealth
Rabu, 05 Feb 2025 18:32 WIB
Awas! Kesepian Bisa Tingkatkan Risiko Kena Pikun, Begini Temuan Studi
Ilustrasi. (Foto: Getty Images/Nes)
Jakarta -

Tinggal sendiri hingga hidup kesepian dikaitkan dengan risiko demensia yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami hal serupa.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan selama 9 tahun dan dipublikasikan pada tahun 2023, orang dewasa yang terisolasi secara sosial memiliki risiko demensia 27 persen lebih tinggi. Ini menunjukkan aktivitas sosial sebenarnya memiliki peran yang besar untuk otak.

Orang dewasa yang lebih tua memiliki kecenderungan hidup sendiri. Hal itu mungkin terjadi karena mereka memiliki lingkaran sosial yang lebih kecil atau tidak sama sekali akibat berhenti bekerja dan masalah mobilitas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Profesor dari divisi psikiatri University College London Dr Andrew Sommerland menuturkan keterlibatan sosial membawa banyak manfaat untuk seseorang.

"Elemen stimulasi ada di sana dalam jumlah yang banyak, contohnya saat kita mengenali wajah dan mengingat sejarah seseorang, sehingga kita dapat mengajukan pertanyaan yang relevan tentang pekerjaan atau anak-anak mereka," kata Sommerland dikutip dari SCMP, Rabu (5/2/2025).

ADVERTISEMENT

Sommerland menambahkan, ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain melalui candaan atau berbicara, maka jutaan neuron di otak akan bekerja lebih keras untuk membuat koneksi yang tepat.

Interaksi sosial juga dapat meningkatkan suasana hati. Ketika suasana hati seseorang baik, maka itu dapat meredakan efek peradangan dari hormon stres kortisol.

Martina Luchetti di Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Florida baru-baru ini menulis ulasan dari banyak penelitian tentang hubungan antara demensia dan kesepian yang melibatkan lebih dari 600 ribu orang.

"Kesepian sangat erat kaitannya dengan depresi, yang merupakan faktor risiko yang terkenal untuk gangguan kognitif di usia lanjut," kata Luchetti.

Perlu digarisbawahi kesepian bukanlah gejala depresi. Namun, hal itu terkait dengan berkurangnya keterlibatan dalam kegiatan sosial dan interaksi sosial yang buruk.

Menurut Luchetti, masuk akal apabila berkurangnya partisipasi mengurangi stimulasi kognitif. Ini membuat individu yang mengalami kesepian lebih rentan terhadap penurunan kognitif.

Sebuah studi lain yang dilakukan pada tahun 2022 menunjukkan bahwa kesepian tidak hanya meningkatkan risiko demensia, melainkan juga hipokampus yang lebih kecil. Hipokampus merupakan bagian otak yang berperan penting dalam memori dan pembelajaran.

Meski begitu, ahli menekankan kesepian bisa menjadi hal yang subjektif bagi tiap orang. Sendirian tidak serta merta merasa kesepian karena masih bergantung karakter, kebutuhan, keinginan, hingga sumber daya.




(avk/suc)

Berita Terkait