Anak-anak Tetap Butuh Kalori, Begini Cara Pilih Produk Biar Tak Kelebihan Gula

detikcom Leaders Forum

Anak-anak Tetap Butuh Kalori, Begini Cara Pilih Produk Biar Tak Kelebihan Gula

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Jumat, 28 Feb 2025 17:30 WIB
Anak-anak Tetap Butuh Kalori, Begini Cara Pilih Produk Biar Tak Kelebihan Gula
Acara detikcom Leaders Forum 'Bijak Membaca Label Nutrisi'. (Foto: Grandyos Zafna/detikHealth)
Jakarta -

Kekhawatiran para orang tua terkait asupan gula suatu produk sulit dihindari. Hal tersebut terbilang wajar mengingat kasus diabetes pada anak meningkat 70 kali lipat dalam 10 tahun terakhir.

Namun, alih-alih membatasi, beberapa orang tua menghindari sepenuhnya asupan gula pada anak. Padahal, anak tetap membutuhkan kandungan tersebut sebagai sumber energi.

Linda Lukitasari, R&D Director Tempo Scan Group, menyebut langkah paling bijak menjaga kesehatan anak adalah dengan memastikan konsumsi gula yang masuk ke tubuh, tidak kurang maupun berlebihan. Sebelum mengonsumsi suatu produk, sebaiknya cermat untuk melihat kandungan gula, garam, dan lemak (GGL) suatu produk dalam menakar kebutuhan harian anak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karbohidrat, gula, lemak, dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak. Jadi kalau anak-anak khawatir makan gula, maka tidak akan mendapatkan asupan kalori. Intinya, jangan kelebihan atau kekurangan. Karena anak-anak membutuhkan energi kalori di tengah aktivitas tinggi," beber Linda dalam sesi bincang detikcom Leaders Forum 'Bijak Membaca Label Nutrisi', Jumat (28/2/2025).

Pengemasan informasi nilai gizi dan total GGL dalam banyak produk juga sudah dibuat lebih mudah dengan menambahkan desain serta gambar menarik. Hal ini bukan hanya menarik minat membaca masyarakat terkait informasi gizi produk, tetapi sekaligus memahami kandungannya.

ADVERTISEMENT
Kemenkes RI dengan para industri pangan olahan membahas kebijakan regulasi label baru pada makanan.Kemenkes RI dengan para industri pangan olahan membahas kebijakan regulasi label baru pada makanan. Foto: Grandyos Zafna/detikHealth

Dalam waktu dekat, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian (P2PTM) Kesehatan RI, dr Siti Nadia Tarmizi, menyebut akan ada regulasi baru terkait label gizi pada pangan. Terlebih, masih banyak masyarakat mengaku tidak benar-benar paham saat membaca label pangan.

Misalnya, hanya fokus pada keterangan total kalori tanpa melihat informasi berapa kali penyajian, yang menandakan jumlah kalori lebih banyak dari yang dicantumkan. Hal ini menurut dr Nadia harus dibuat lebih sederhana.

Regulasi baru label pangan juga tidak hanya menyasar pangan olahan, melainkan pangan siap saji. Bentuknya masih dibahas bersama pada kementerian, lembaga, maupun industri.

"Kondisinya nantinya apakah akan kita tambah di situ nanti ada warningnya, misalnya warna merah, warna merah kan identik dengan berhenti, stop, menjadi warning, lalu ada kuning, hijau, ini masih kita cari terus bagaimana bentuk pelabelan baru," tandas dia, dalam kesempatan yang sama.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI), Taruna Ikrar, juga menyebut regulasi baru label pangan masih dievaluasi dan diupayakan berlaku dalam waktu dekat. Regulasi tersebut diharapkan bisa sekaligus mengatur sejumlah oknum yang mereview produk dengan maksud tertentu, seperti persaingan usaha.

"Makanan kan sangat luas dan kita paham betul, pangan olahan saja yang diekspor sampai Rp 500 triliun, konsumsi dalam negeri lebih besar sampai 3.000 triliun rupiah. Besarnya produk makanan ini pasti ada persaingan, kami ingin ini fair jangan gontok gontokan," beber Taruna.

"Kami akan bikin aturan review. Karena kalau tidak diatur berbahaya. Kesadaran masyarakat semakin tinggi, awalnya mereview untuk diri sendiri, dan dimanfaatkan untuk oknum tertentu, nanti terjadi perang dagang dan saling serang," pungkasnya.




(naf/kna)

Berita Terkait