Kesadaran masyarakat terkait membaca label pangan relatif rendah, terbukti dari data Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) pada 2013. Hanya 7.9 persen masyarakat Indonesia yang membaca label nutrisi sebelum membeli produk.
Karenanya, butuh sistem pelabelan yang mudah untuk dipahami. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI saat ini juga tengah mematangkan aturan yang mengadaptasi 'Nutri Grade' di Singapura, dengan memberi penandaan tertentu berdasarkan kandungan GGL dalam kemasan pangan.
Kepala BPOM Taruna Ikrar yang hadir dalam acara detikcom Leaders Forum mengatakan, kehadiran label nutrisi sangat dibutuhkan oleh konsumen. Pasalnya, label nutrisi memberikan informasi agar konsumen mengetahui kandungan ada apa yang terdapat di setiap produk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau berbicara tentang label gizi. Di dalamnya terkandung selain kandungan gizi, komposisinya, dan juga yang paling jelas di situ takarannya. Hal itu sangat penting untuk kita pahami. Sehingga pada saat mengonsumsi, kita bisa mengatur sesuai dengan kebutuhan, tidak berlebihan tapi juga tidak kekurangan. Label dari suatu nutrisi itu sangat penting," kata Taruna di acara detikcom Leaders Forum bertajuk 'Bijak Membaca Label Nutrisi', Jumat (7/3/2025).
Taruna menjelaskan BPOM terus berupaya untuk mendorong para pelaku industri agar mencantumkan label nutrisi sesuai dengan fakta yang terdapat di satu produk.
"BPOM itu sesuai dengan aturan BPOM Nomor 26 itu sangat tegas kandungan gizi dari semua produk yg ada di label harus realistis apa adanya dengan aturan seperti itu. Kita ingin memastikan makanan apapun yang masuk ke tubuh terjamin keamanannya. Bukan hanya bebas dari bahaya tapi juga kualitas dari kandungan tersebut," jelasnya.
Dia menambahkan untuk mencegah over klaim, BPOM bakal meminta para pelaku usaha untuk melampirkan kajian ilmiah sebelum meminta izin untuk mencantumkan label nutrisi. Kajian ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui detail nutrisi dan takaran dari setiap produk.
"Tentu untuk mencegah (over klaim) itu tahap pertama kita lakukan, pada saat industri memasukkan produk untuk disahkan kemasannya dan labelnya tentu kita akan baca dengan baik. Ada tim dan referensi. Misalnya kandungan ini berfungsi untuk apa dan sebagainya. Para industri itu menampilkan scientific papers atau sebagainya," tutupnya.
Salah satu perusahaan yang bergerak di industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG), Unilever Indonesia mengajak agar setiap konsumen lebih bijak dalam melihat label nutrisi yang biasa hadir di kemasan makanan. Hal ini untuk memastikan konsumen terhindar dari makanan-makanan yang bisa memberikan dampak negatif terhadap kesehatan.
Ice Cream Asia Regulatory Affairs Lead Unilever Tutut Wijayanti mengatakan label nutrisi pada kemasan bisa membantu konsumen mengetahui bahan-bahan apa saja yang dikonsumsi. Hal itu juga bisa membantu konsumen menghitung kebutuhan nutrisi tubuh.
"Kalau dari produk ice cream, penting bagi konsumen untuk melihat bagian energi. Selain itu juga bisa dilihat berapa kalori, gula, dan lemaknya. Paling penting bagi konsumen untuk memahami takaran saji (yang terdapat di label nutrisi)," kata Tutut.
Dia menambahkan kehadiran label nutrisi juga bisa mendorong konsumen lebih bijak dalam memilih produk yang bakal dikonsumsi. Ini juga mendorong mereka untuk lebih memilih produk yang secara nutrisi sehat bagi tubuh.
"Kita membantu konsumen untuk bisa lebih bijak memilih produk mana yang akan dikonsumsi dan lebih bijak memilih camilannya," tuturnya.
(akd/akd)










































