Survei: Warga Korsel Prioritaskan Bekerja dibandingkan Menikah dan Punya Anak

Survei: Warga Korsel Prioritaskan Bekerja dibandingkan Menikah dan Punya Anak

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Sabtu, 10 Mei 2025 07:59 WIB
Survei: Warga Korsel Prioritaskan Bekerja dibandingkan Menikah dan Punya Anak
Foto: iStock
Jakarta -

Mayoritas warga Korea Selatan berusia 20-an hingga 40-an lebih mementingkan karier daripada pernikahan atau memiliki anak, menurut laporan yang dirilis Senin oleh Komite Kepresidenan untuk Kohesi Nasional.

Dikutip dari The Korea Times, Sabtu (10/5), laporan tersebut meneliti perubahan persepsi tentang peran keluarga dan pekerjaan melalui survei daring nasional terhadap 2.690 pria dan wanita berusia 25 hingga 44 tahun yang dilakukan dari 31 Januari hingga 14 Februari.

Ketika diminta untuk menentukan peringkat aspek terpenting dalam hidup, 38,1 persen responden tanpa memandang jenis kelamin memilih pekerjaan sebagai prioritas utama, diikuti oleh elemen kehidupan pribadi seperti waktu luang dan pemenuhan diri sebesar 23,1 persen, hubungan romantis, termasuk kencan dan pernikahan, sebesar 22 persen, dan anak-anak sebesar 16,8 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meskipun pekerjaan secara konsisten menduduki puncak daftar prioritas untuk pria dan wanita, ada sedikit perbedaan persepsi masing-masing gender.

Perempuan lebih menekankan kehidupan pribadi sebesar 24,5 persen dibanding pasangan sebesar 20,9 persen, sedangkan laki-laki menempatkan pasangan sebesar 23,1 persen di atas kehidupan pribadi sebesar 21,7 persen. Anak-anak merupakan prioritas terendah bagi kedua jenis kelamin, dengan 17 persen perempuan dan 16,6 persen laki-laki memilihnya sebagai yang paling penting.

ADVERTISEMENT

Pekerjaan muncul sebagai prioritas hidup teratas di semua kelompok usia dan jenis kelamin, tanpa memandang status orang tua. Bahkan di antara responden yang memiliki anak, pekerjaan tetap menjadi yang paling penting, sementara anak-anak secara konsisten berada di peringkat terendah kecuali di antara perempuan yang berusia awal 40-an.

Baik laki-laki maupun perempuan sebagian besar tidak setuju dengan pernyataan bahwa status pekerjaan seorang ibu berdampak negatif pada anak-anaknya.

Sekitar 70 persen laki-laki dan 80 persen perempuan juga menyatakan dukungan kuat terhadap peningkatan keterlibatan laki-laki dalam pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak, khususnya dalam rumah tangga berpenghasilan ganda ketika laki-laki secara aktif berbagi tanggung jawab domestik dan pengasuhan.

Laporan tersebut menyimpulkan bahwa tingkat persetujuan yang tinggi antara pria dan wanita mengenai pergeseran peran gender, dengan wanita lebih terlibat dalam pekerjaan dan pria lebih terlibat dalam kehidupan keluarga, menandakan perlunya mengadopsi kebijakan yang efektif dalam arah ini.




(kna/kna)

Berita Terkait