Ramai diperbincangkan ucapan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut bahwa pria dengan ukuran celana jeans di atas 32 menjadi tanda 'alarm' risiko kematian dini. Ia mengaitkan masalah obesitas dengan berbagai penyakit kronis lainnya.
"Pokoknya laki-laki kalau beli celana jeans masih di atas 32-33. Ukurannya berapa celana jeans? 34-33. Sudah pasti obesitas. Itu menghadap Allah-nya lebih cepat, dibandingkan dengan yang celana jeans-nya 32," katanya kepada wartawan, di Jakarta, Rabu (14/5/2025).
Pada kesempatan berbeda, Menkes menjelaskan keberadaan visceral fat (lemak di sekitar organ perut) pada orang obesitas dapat membahayakan kesehatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, ia meminta masyarakat menjaga Body Mass Indeks (BMI) di bawah angka 24 untuk masuk kategori normal. Namun, karena istilah BMI belum banyak dipahami, ia menggunakan indikator 'ukuran celana' dan lingkar perut yang lebih mudah dipahami.
Bagaimana pendapat masyarakat mengenai pernyataan tersebut? Reyhan (27) wiraswasta di Samarinda, Kalimantan Timur berpendapat bahwa seharusnya figur publik, khususnya pejabat, bisa lebih mengatur ucapan-ucapan yang akan disampaikan kepada publik.
Menurutnya, bisa saja apa yang diungkapkan Menkes justru terkesan memojokkan orang-orang yang memang memiliki masalah obesitas dan sedang berjuang untuk hidup sehat.
"Karena kata-kata beliau akan berdampak. Kalau bahasa komunikasi kesehatan dari Menteri Kesehatan begitu ya artinya akan ada terus tuh pandangan pandangan yang akan memojokkan orang-orang berbadan besar," kata Reyhan ketika dihubungi.
"Lagian nggak semua orang yang berbadan besar itu mau memiliki badan begitu. Dan bisa jadi karena kondisi kesehatan dan lain sebagainya," sambungnya.
Sebagai pria yang merasa tubuhnya gemuk, Reyhan mengaku sering mendengar ucapan tersebut sebagai konteks candaan atau perundungan. Ketika ucapan ini diucapkan pejabat, menurutnya ini bisa berdampak lebih luas pada masyarakat.
Menurutnya, dalam memberikan saran kesehatan, pejabat harus lebih fokus pada esensi atau tips yang memang praktikal untuk dilakukan.
"Banyak juga cara yang lebih sopan atau lebih memanusiakan untuk menegur atau mengingatkan orang orang agar jaga kesehatan ya. Bahasa yang lebih formal bahkan akan diterima lebih baik," sambungnya.
Senada, Bryan (31) karyawan swasta di Jakarta Selatan menuturkan bahwa pejabat publik seharusnya bisa lebih menyaring pernyataan yang diungkapkan pada publik. Jangan sampai, masyarakat menangkap maksud berbeda dari pesan yang disampaikan.
Menurut pria bertubuh gemuk ini, pernyataan tersebut justru membuat orang yang memiliki masalah obesitas menjadi malas untuk memulai hidup sehat. Harus ada pendekatan lain yang dilakukan agar pesan diterima dengan baik oleh masyarakat.
"Apalagi beliau sudah berpengalaman, apalagi kalau tujuannya kalau ke generasi yang saat ini pasti bisa pakai kata-kata yang sopan seperti, 'Boleh nggak dikurangi berat badannya atau konsumsi makanan yang tidak baik itu berakibat pada kesehatan itu dari saya'," ungkapnya.
Anang (45) sopir bertubuh gemuk di Jakarta Selatan menganggap apa yang diungkapkan Menkes terlalu frontal. Komunikasi soal kesehatan masyarakat seharusnya bisa dilakukan lebih baik lagi.
"Menurut saya kalau mau menyampaikan ya secara yang yang baik-baik saja, etis-etis aja karena umur itu tidak ada yang tahu juga itu kan urusan Tuhan," tandasnya.
Simak Video 'Kata Menkes soal 'Pengguna Jeans Ukuran 34 Lebih Cepat Menghadap Allah'':











































