Tak Cuma Buncit, Kalap Makan saat Libur 'Cutiber' Bisa Picu Penyakit Serius

Tak Cuma Buncit, Kalap Makan saat Libur 'Cutiber' Bisa Picu Penyakit Serius

Suci Risanti Rahmadania - detikHealth
Kamis, 29 Mei 2025 13:16 WIB
Tak Cuma Buncit, Kalap Makan saat Libur Cutiber Bisa Picu Penyakit Serius
Ilustrasi (Foto: Getty Images/Voyagerix)
Jakarta -

Bulan Mei dipenuhi hari libur nasional dan cuti bersama. Momen ini menjadi kesempatan ideal untuk berlibur, berkumpul bersama keluarga, atau sekadar beristirahat dari rutinitas kerja.

Namun, masa liburan sering kali disertai berbagai godaan, seperti makanan yang berlimpah, jam makan yang tidak teratur, serta gaya hidup yang lebih santai.

Ahli gizi dari Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM), Pratiwi Dinia Sari, S Gz, RD, mengatakan, mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh, seperti gorengan, makanan bersantan, dan aneka olahan daging berlemak, memang sering menjadi bagian tak terpisahkan dari momen liburan dan kumpul keluarga. Tetapi di balik kenikmatannya, jenis makanan ini memiliki dampak serius terhadap kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah yang dalam jangka panjang bisa menyumbat pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, hingga stroke," jelas Pratiwi, dikutip dari laman UGM, Selasa (27/5/2025).

Selain makan tinggi lemak, makanan manis, seperti kue, minuman bersoda, dan dessert yang dikonsumsi secara berlebihan saat liburan juga memiliki dampak tersendiri. Pratiwi mengatakan, kandungan gula yang tinggi dalam makanan tersebut dapat memicu lonjakan kadar gula darah secara cepat.

ADVERTISEMENT

Tubuh yang mengalami lonjakan gula darah secara berulang akan lebih cepat merasa lapar, mudah lelah, dan mengalami penumpukan lemak, terutama di jaringan adiposa.

"Lonjakan ini akan memicu peningkatan produksi insulin dalam tubuh sebagai respon alami, namun jika terlalu sering terjadi, bisa berdampak negatif," lanjutnya.

Jika pola konsumsi seperti ini terus berulang setiap kali liburan tiba, lanjutnya, risiko kesehatan jangka panjang menjadi tidak bisa diabaikan. Pasalnya, tubuh akan terus-menerus mengalami lonjakan gula darah dan insulin dipaksa bekerja terlalu keras dalam jangka waktu lama yang memicu terjadinya resistensi insulin.

"Ini kondisi di mana insulin tidak lagi efektif menjaga kadar gula darah tetap normal, dan lama-lama akan berkembang menjadi diabetes mellitus," ujar Pratiwi.




(suc/kna)

Berita Terkait