Pria Jakbar Kena Stroke di Usia Muda, Keluhannya Muncul saat Lagi Olahraga

Pria Jakbar Kena Stroke di Usia Muda, Keluhannya Muncul saat Lagi Olahraga

Suci Risanti Rahmadania - detikHealth
Selasa, 01 Jul 2025 10:35 WIB
Pria Jakbar Kena Stroke di Usia Muda, Keluhannya Muncul saat Lagi Olahraga
Alfa, pria lumpuh karena stroke bisa finish half marathon (Foto: Instagram/strokechampion)
Jakarta -

Stroke umumnya menyerang lanjut usia (lansia), tapi kini usia muda juga bisa mengalaminya. Kondisi ini kerap tak disadari karena gejalanya muncul tiba-tiba dan dianggap sepele. Padahal, faktor risiko seperti hipertensi, gaya hidup tidak sehat, dan stres bisa meningkatkan risiko stroke meski seseorang masih berada di usia produktif. Hal ini juga dialami oleh Alfa (46), pria asal Jakarta Barat yang terserang stroke di usia muda.

Kepada detikcom, Alfa mengaku memiliki riwayat hipertensi atau darah tinggi sejak usia 35 tahun. Hal itu baru ia ketahui saat menjalani medical check up atau tes kesehatan. Pada saat itu, Alfa menolak untuk mengonsumsi obat lantaran merasa sudah menjalani pola hidup sehat.

Ia rutin berolahraga dan menjaga asupan makan yang bisa meningkatkan kolesterol maupun kadar gula tinggi. Namun, hal yang ia lupakan adalah masih mengonsumsi makanan asin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kata dokter, nanti di umur 38 kamu medical check-up lagi, hasilnya apa? Ternyata benar. Di umur 38, saya PR-nya cuma satu lagi hasilnya medical check-up, yaitu tekanan darah saya masih tinggi gitu," imbuhnya saat dihubungi detikcom, Minggu (29/6/2025).

"Pada akhirnya dokter minta, 'udah kamu nggak mau harus minum obat'. Dan ternyata saya abai. kadang minum obat, kadang nggak," lanjutnya lagi.

ADVERTISEMENT

Adapun serangan stroke yang dialami Alfa terjadi pada saat pandemi. Saat itu, Alfa sedang menjaga kebugarannya dan berlari sekitar 3 hingga 5 kilometer di sekitar rumahnya. Usai berlari tanpa jeda, ia langsung melanjutkan aktivitas fisik dengan senam aerobik tabata. Detak jantungnya saat itu meningkat tajam hingga menyentuh angka 160 bpm.

Gejala Stroke yang Dialami Alfa

Alfa kemudian mendadak merasakan gejala berupa pusing hebat seperti vertigo. Tubuhnya tak stabil dan ia segera menyender ke tembok balkon sebelum akhirnya duduk perlahan di lantai.

Ia juga menyadari tubuh bagian kirinya tidak lagi dapat digerakkan. Tangan dan kaki kiri lumpuh, sementara kemampuan bicaranya juga terganggu, mulut menjadi perot dan suara hanya keluar lirih.

Dengan sisa tenaga, Alfa menyeret tubuh menggunakan kaki kanan untuk masuk ke dalam rumah dan tergeletak di ruang tamu. Ia berada dalam kondisi tersebut selama hampir 12 jam, hingga akhirnya sang istri tiba di rumah dan mendapati dirinya dalam keadaan lemah tak berdaya.

"Saya melewati hampir 12 jam terkapar di dalam rumah. Waktu itu di dekat ruang tamu gitu kan. Dan saya dari pagi sampai siang itu, sampai malam itu hanya yang bisa saya lakukan adalah doa dan doa," lanjutnya lagi.
Alfa langsung dibawa ke rumah sakit dan menjalani sejumlah pemeriksaan, termasuk MRI. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya pendarahan di otak kanan, tepatnya di area belakang telinga, dengan volume mencapai 60 mililiter.

Dokter awalnya menyarankan operasi, namun sang istri meminta opsi lain. Setelah menilai fungsi memori dan kesadaran Alfa, dokter memutuskan tidak melakukan operasi, tapi ia tetap dirawat intensif di ICU selama tiga minggu.

"Jadi, setelah dari ruangan ICU, saya dipindahkan ke ruangan biasa. Itu dirawat selama satu minggu untuk melihat kondisi, kestabilan kondisi tubuh. Ternyata setelah tujuh hari, saya diperbolehkan pulang," ucap Alfa.

"Dengan kondisi saya lumpuh, pakai kursi roda. Dan di situlah perjuangan saya, sementara saya down karena tahu bahwa saya lumpuh pakai kursi roda. Tapi dengan afirmasi positif dari istri saya yang selalu bilang bahwa 'kamu bukannya nggak bisa jalan, tetapi kamu belum bisa jalan'," tuturnya lagi.

Dengan semangat yang dipupuk lewat kata-kata positif itu, Alfa memulai proses rehabilitasi medis secara intensif. Karena situasi pandemi, ia menjalani fisioterapi di rumah dengan bantuan tenaga kesehatan yang datang langsung (home care). Perlahan tapi pasti, perkembangan positif mulai terlihat.

Dalam waktu tiga bulan sejak serangan stroke, Alfa akhirnya berhasil berdiri dan berjalan tanpa bantuan kursi roda maupun tongkat. Tak berhenti di situ, Alfa terus melanjutkan proses pemulihannya. Ia tidak hanya kembali berjalan, tetapi juga berlari.

Tahun 2022, ia kembali mengikuti ajang lari 5K dalam Mangkunegaran Run. Setahun kemudian, ia menaklukkan jarak 10K di Borobudur Marathon 2023. Dan pada 2025, ia berhasil mencapai garis finis di kategori Half Marathon pada BTN Jakarta International Marathon.

NEXT: Gejala stroke di usia muda menurut dokter


Gejala Stroke di Usia Muda

Direktur Medik dan Keperawatan RS PON dr Reza Aditya Arpandy, SpS, mengatakan stroke di kelompok muda didefinisikan pada usia di bawah 45 tahun. Salah satu keluhan yang bisa terjadi sebelum serangan stroke adalah sakit kepala.

Menurut dr Reza, karakteristik sakit kepala akibat stroke relatif berbeda dari keluhan biasanya. Hal ini juga bergantung pada jenis stroke yang dialami.

"Pada stroke perdarahan (hemoragik), sakit kepala biasanya muncul tiba-tiba dan sangat hebat, atau sangat nyeri," tuturnya saat dihubungi detikcom beberapa waktu lalu, Rabu (21/5).

Sementara pada kasus stroke iskemik, yaitu ketika terjadi sumbatan di pembuluh darah otak, sakit kepala bisa muncul, tetapi biasanya hanya ringan hingga sedang. "Tidak separah stroke perdarahan," tandasnya.

Hal yang perlu diwaspadai lagi saat sakit kepala disertai gejala lainnya. Segera pergi ke rumah sakit jika mengalami gejala kondisi mulut mencong ke satu sisi, bicara tidak jelas, hingga adanya kelemahan anggota gerak pada satu sisi tubuh.

"Jika sakit kepala muncul mendadak dan disertai gejala-gejala tersebut, maka kondisi ini harus segera dicurigai sebagai stroke dan memerlukan pemeriksaan segera," imbaunya.

Kunci atau peluang kesembuhan pasien stroke bergantung dengan cepat atau tidaknya penanganan. Bila pasien datang ke rumah sakit dalam waktu 'golden period', tiga sampai 4 jam setelah gejala stroke iskemik atau penyumbatan di pembuluh darah, dokter bisa mengupayakan pengobatan yang maksimal.

Sementara itu, pada kasus stroke hemoragik perdarahan otak, penanganan harus dilakukan secepat mungkin. Pecahnya pembuluh darah di otak dapat menghentikan suplai oksigen dan nutrisi ke area tertentu, sehingga berpotensi merusak jaringan otak hanya dalam hitungan menit.

Halaman 2 dari 2
(suc/suc)

Berita Terkait